Sabtu, 06 Desember 2008


Jangan Tunda! Jangan Persulit!

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani


A’uudzu billahi minasy shaithanirrajiim
Bismillahirrahmanirrahiim
Athi’ullaaha wa Athi’ur rasuula wa ulil amri minkum [QS 4:59]

Allah berfirman Innallaaha amara ‘ibaadahu li an yakuunu muthii’iina lahu wa linabiyyihi ‘alaihi afdalus salaati wassalam. Allah (SWT) memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mematuhi-Nya dan untuk mematuhi Nabi-Nya Sayyidina Muhammad (sallAllahu ‘alayhi wasallam). Dan taat kepada Allah dan Nabi-Nya adalah suatu kewajiban. Ketaatan dan kepatuhan itu bukanlah suatu sunnah, melainkan itu adalah suatu yang fardhu (wajib). Kalian harus taat. Jika kalian tidak taat dan patuh, itu berarti kalian telah melakukan dosa, dan kalian pun akan dihukum atasnya.

Dan Sayyidina Muhammad ‘alaihi afdalus salaatu wassalam bersabda, qoola, beliau bersabda dalam banyak kesempatan bahwa ia yang telah mampu untuk menikah janganlah menunda-nunda lagi pernikahannya; dan ia yang takut dan cemas bahwa pernikahan merupakan suatu tanggung jawab yang amat berat yang ia tak mampu menanggungnya, ia harus bersabar; jika ia tak mampu bersabar, ia mesti berpuasa.

Dan pesan Sayyidina Muhammad ‘alaihi afdalus salaatu wassalam adalah untuk segala zaman. Dari zaman ketika beliau hidup hingga hari pembalasan. Beliau melihat bahwa orang-orang tak mampu mengendalikan diri mereka sendiri. Bahkan pada masa-masa sebelum ini pun, mereka tak mampu mengendalikan diri mereka, bagaimana menurutmu dengan zaman modern sekarang? Saat mana bermunculan segala macam hal ini, MTV, dan televisi, dan semua disco dan klub-klub malam ini, dan semua wanita-wanita yang tak memakai hijab/jilbab-nya; serta semua laki-laki yang tak lagi peduli pada apa pun; bagaimana mungkin kalian mampu mengendalikan diri kalian sendiri pada zaman seperti ini? Karena itulah, adalah penting bagi kita untuk mendengar dan menaati apa yang Nabi katakan dan menikah.

Saat ini, sayangnya, para orang tua demikian bahagia dengan anak-anak mereka, mengirimkan mereka untuk belajar ke universitas, yang tentu saja ini baik. Tetapi, kesalahan besarnya adalah bahwa anak-anak laki-laki mereka tersebut tak dapat mengendalikan dirinya. Begitu pula dengan anak-anak gadis mereka, juga tak mampu mengendalikan diri mereka sendiri, dan akhirnya mereka saling berpacaran, yang sebenarnya tidaklah diterima dalam Islam.

Bagi mereka yang mampu, bahkan (saat) mereka tengah belajar di universitas dan mampu menikah, dan orang tua mereka termasuk (kaya?), alhamdulillaah, biarkanlah mereka menikah dalam usia muda, apa masalahnya? [Mereka berkata] “Tidak bisa, mereka harus menunggu, sampai sang gadis berusia 21, atau 22, atau 23, menyelesaikan studinya, sang pemuda harus menunggu dan menyelesaikan pula”; akibatnya apa yang akan mereka lakukan? Tentu saja, mereka akan menerjang dan menerkam satu sama lain (berbuat zina).

Dan zina kini makin banyak terjadi, kejahilan makin meningkat, dan azab serta hukuman makin berdatangan pada muslim, karena mereka tidak lagi mendengar (dan taat) pada Allah dan pada Nabi-Nya.

Allah SWT qoola fi Kitabihil Kariim, “Wa ankihuul ayyaama minkum wa s-saalihiina min ‘ibaadikum” [QS 24:32] “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu”. Kawinkanlah mereka yang baik di antara kalian, kedua belah pihak, suami-suami dan istri-istri. Ini adalah perintah Allah. Allah SWT juga berfirman [Wa min aayaatihi an kholaqo lakum min anfusikum azwaajan litaskunuu ilayhaa, QS 30:21] “Telah Ku-ciptakan dari dirimu, seorang istri bagimu yang kau dapat memperoleh ketenangan darinya”, artinya, ia dapat membuatmu tenang dan relaks dan mencegah dirimu dari bepergian dan melakukan ma’siyyat atasnya maupun atas dirimu; tapi, bersama-sama -sebagaimana yang diterangkan ayat Quran yang baru kita baca- untuk bersama-sama menciptakan situasi yang menyenangkan yang disukai pula oleh Allah dan oleh Nabi-Nya.

Allah berfirman, “Wa min aayaatihi an kholaqo lakum”, dan di antara ayat-ayat Kebesaran-Nya adalah Ia ciptakan bagi kalian, “min anfusikum azwaajan litaskunuu ilayhaa”, Ia ciptakan bagi kalian dari diri kalian sendiri, dari ruh kalian, dari tubuh kalian Ia ciptakan bagi kalian dari itu semua, “azwaajan” “istri-istri” (dalam bentuk plural) bermakna Ia berikan bagi kalian, Ia ciptakan bagi kalian, istri-istri dari diri kalian sendiri. Tak seorang pun dapat mengambil istri seseorang lainnya, jika itu tak tertulis baginya. Allah SWT menciptakan Sayyidah Hawwa’, istri Sayyidina Adam dari Sayyidina Adam untuk “litaskunuu ilayhaa”, untuk pergi dan bersantai di situ dan untuk melihat bahwa “inilah rumahmu”. Ia (istrimu) adalah rumahmu, artinya saat kalian pulang ke rumah, kalian dapat bersantai, kalian boleh duduk di mana pun kalian suka, tidak ada haraam (terlarang) atas apa pun yang kalian lakukan dalam rumah kalian. Rumah kalian adalah suatu tempat pribadi milik kalian. Istri-istri kalian pun adalah rumah bagi kalian, melindungi kalian dari haraam, melindungi kalian dari tertipu dan terperdaya di luar. Allah melukiskanya sebagai suatu tempat, suatu rumah, yang ke sana kalian dapat pergi dan memperoleh kesenangan kalian.

Jika seseorang tak memiliki rumah, kita mengatakan bahwa ia seorang yang faqir atau miskin. Jika seseorang memiliki rumah, kita katakan bahwa orang itu kaya. Allah berfirman dalam Quran Suci, “Ku-berikan bagimu seorang istri dari dirimu sendiri untuk menjadi sebuah rumah bagimu”, bermakna Peliharalah dan Lakukanlah pernikahan segera, secepatnya, saat dirimu telah dewasa, orang tuamu mesti segera mencarikan bagimu, karena tentu saja mereka tak ingin dirimu menjadi miskin atau faqir. Mereka ingin diri kalian kaya. Dengan pernikahan, Allah membuat kalian kaya dalam Hadirat-Nya. Saat diri kalian datang dan berucap “Allahu Akbar”, melakukan salat, dan kalian dalam keadaan telah menikah, ‘amal kalian pun akan dilipatgandakan, karena Nabi ‘alaihi afdalus salaatu wassalam bersabda bahwa menikah adalah setengah dari agama, “Az ziwaaju nishfu d-din”. Siapa yang menikah, ia melengkapkan setengah agamanya, yang bermakna agamanya akan dilipatduakan.

Saat diri kalian berucap “Allahu Akbar”, kalian datang untuk salat tanpa ada keinginan dan syahwat buruk, dalam keadaan telah, Alhamdulillaah, kalian dan istri kalian merasa tenang. Kalian berdua, kalian telah mengatakan sesuatu satu sama lain yang membuat diri kalian berdua merasa tenang, bahagia, lalu datang untuk salat. Jika kalian belum beristri, kalian datang untuk salat sambil membawa berbagai pikiran buruk yang kemudian muncul kembali, “Betapa cantik gadis yang bekerja denganku di bank tadi”, “Betapa cantik wanita di kantorku”, “Betapa manis tetanggaku, aku ingin menikahinya di belakang istriku”, “Betapa ini” “Betapa itu”, dll.

Karena inilah, Sayyidina Muhammad ‘alaihi afdalus salaatu wassalam qoola, bersabda, “An Nikaahu Sunnatii, fa man raghiba ‘an sunnatii falaysa minnii”. “Nikah adalah sunnahku (tradisiku), jalan dari Nabi ‘alaihi afdalus salaatu wassalam. Siapa saja yang tak suka menikah, ia tidak mengikuti Sunnahku”, dan siapa yang menunda-nunda pernikahannya dengan hanya beralasan, “Aku masih muda, aku harus mencari kehidupan, aku harus pergi dan menghabiskan waktuku di klub malam dan disko. Aku harus menghibur diriku sendiri, aku begitu muda, aku masih 25, aku masih 26, aku masih 27, aku masih 30”. Ia tidak mengikuti jalan Sayyidina Muhammad ‘alaihi afdalus salaatu wassalam. Sebagai seorang muslim, kalian harus mengikuti (beliau)!

Saat kalian menikah, jangan khawatir bahwa rizq (rezeki) tidak datang. Allah mengirimkannya. Allah SWT-lah yang akan mengirimkan rizq bagi kalian. “Kullamaa dakhola ‘alayha Zakariyya l-mihraaba wajada ‘indaha rizqan” [QS. 3:37]. Allah SWT berfirman pada kalian, bahwa kapan saja Sayyidina Zakariyya ‘alaihissalam memasuki mihraab Sayyidah Maryam, beliau mendapati di sana rizq. Jika kalian berbuat menurut jalan Ahlus Sunnah, jalan Nabi ‘alaihi afdalus salaatu wassalam, Allah SWT akan mengirimkan rizqi-Nya pada kalian.

“Wa maa kholaqtu l-jinna wa l-insa illa liya’buduuni. Maa uriidu minhum min rizqin wa maa uriidu an yuth’imuuni. Innallah huwa r-razzaaqu dhul quwwati l-matiin.” “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” [QS 51: 56-58]. Allah SWT bersumpah pada Diri-Nya Sendiri bahwa “Telah Ku-ciptakan kalian untuk menyembah dan beribadah pada-Ku, Aku tidak menginginkan darimu rizq apa pun. Aku-lah Yang Memberimu rizq jika kalian beribadah pada-Ku.” Dan pernikahan adalah suatu ibadah. Jika kalian menikah, maka itu menjadi ibadah bagimu karena ketika kalian menyentuh istri kalian dan istri kalian menyentuh kalian, dan kalian berdua dalam keadaan nikah, maka Allah akan menghapuskan dosa-dosa dari diri kalian berdua. Seperti mandi siram, yang menyiram tubuh kalian dan mengambil seluruh kotoran dan debu dari diri kalian, dan bau kalian pun lenyap dengan siraman air mandi itu. Demikian pula dengan membangun sebuah keluarga, membangun rumah, menikah suami dan istri, di mana pun kalian bersama, Allah SWT mengambil dan menghapuskan dosa-dosa kalian dan memberikan pada kalian hasanaat (kebaikan-kebaikan).

Dan Allah akan menyediakan (rezeki) bagi kalian, (karena) kalian menyembah-Nya melalui pernikahan tersebut, karena nikah adalah nishfu d-din, ia adalah setengah agama. Kalian tengah menyempurnakan agama kalian. Allah SWT menyediakan bagi kalian rizq kalian. Jangan khawatir bahwa seorang anak akan datang, bahwa sepuluh anak akan datang, Allah mengirimkan setiap anak itu dengan rizq-nya masing-masing.

Jika kalian baik dan mengikuti sunnah Nabi ‘alaihi afdalus salaatu wassalam, Allah akan mengirimkan pada kalian dari tempat-tempat yang tak terlihat, orang-orang yang akan membantu kalian untuk mendapatkan rizq kalian.

Dan saat ini, para orang tua menjadi keras kepala. Mereka tidak ingin putri-putri dan putra-putra mereka untuk menikah segera, karena kedua belah pihak, mereka membuat persyaratan-persyaratan yang terlalu berat. Mereka malah membiarkan anak-anak mereka pergi dan berbuat zina di luar, dan di belakang mereka, karena terlalu banyak syarat yang dibebankan baik pada sang putri maupun pada sang putra.

Jika kalian pergi ke sebagian besar negara Muslim, yang merupakan tempat-tempat termegah di dunya (bumi) ini, tempat-tempat itu telah menjadi tempat-tempat yang paling sulit, kalian tak dapat menikah lagi. Mereka (orang tua) akan meminta apartemen, meminta rumah, meminta emas, mereka meminta uang untuk saku mereka. Mereka minta mobil, mereka minta… apa lagi? Dari mana kalian dapat memperoleh semua ini? Mereka tak mempunyainya….(?).., kemudian mereka (orang tua) akan berkata, “Ok, kami tak dapat mengizinkan kau menikahi putri kami. Kami yang punya, beri kami uang, kau beli.” [Suara Mawlana Syaikh Hisham menirukan suara seorang tua]. Hal ini bukanlah sesuatu yang seperti jual beli.

“Berapa banyak mas kawin hendak kau berikan?” “Saya tidak tahu, saya punya 100 dollar untuk diberikan, 1 juta rupiah.” “Tidak bisa, apa itu 100 dollar, (kami ingin) 1 milliar rupiah.” “Saya tidak punya.” “Tidak bisa, kau tetap harus memberikan sebegitu banyak, atau kalau tidak kau tak boleh mengawini putri kami.”

Dari manakah ia dapat membawa, atau memberikan…. bahkan seratus ribu rupiah pun belum tentu ada di sakunya.

Mereka memberikan persyaratan yang terlalu banyak dan berat, hingga pemuda-pemuda saat ini, mereka berkata, “Ooh, kami tak dapat (menikah)”. Dan hal ini telah menjadi demikian sulit bagi setiap orang, bagaimana mungkin ia akan menyediakan seluruh syarat-syarat itu agar pemuda atau pemudi itu dapat menikah? Kedua belah pihak, masalah ini tidak hanya di satu pihak.

Mereka berkata, “(Lihatlah) Tetangga kami. Kau cuma membayar 1 juta rupiah. Tetanggaku menyaratkan untuk putrinya 10 juta rupiah. Jadi, setidaknya aku harus seperti tetanggaku. Atau, aku mesti lebih dari tetanggaku.”

“Tetanggaku mendapat sebuah mobil. Kau pun mesti memberi kami sebuah mobil.” “Saya tidak punya mobil, saya punya keledai.” “Bukan keledai! Mobil!”

[Hadirin tertawa]

Bukan begitu?

Jadi, menikah kini telah menjadi demikian sulitnya.

Nabi ‘alaihi afdalus salaatu wassalam melarang hal seperti ini. Jika dua orang telah setuju untuk saling menikah, biarkanlah mereka menikah. Mahar apa pun yang dapat sang pemuda berikan, ia pun berikan. Jika ia tak mampu lebih dari itu, ia pun tak akan dapat memberi lebih banyak. Jika sang putri menerima pemuda itu sebagai calon suaminya, dan sang pemuda menerima putri itu sebagai calon istrinya, ini cukup. Selesai! Jangan membuat sulit, para orang tua janganlah menambahkan masalah dan halangan bagi anak-anak mereka untuk menikah.

Ada orang-orang yang memberikan mahar/mas kawinnya berupa satu koin emas untuk mahr mu’ajjal. Wa mu’ajjal adalah satu koin emas. Beberapa orang lainnya mereka mengatakan satu butir kurma dan atau sepuluh butir kurma, beberapa orang lain mereka mengatakan, satu koin perak untuk mu’ajjal, satu koin perak untuk mu’ajjal. Jangan membuatnya sulit!

Karena sudah menjadi suatu persyaratan pula, salah satu syarat dari kontrak pernikahan, hamdu (?) nikah, adalah kalian harus menyatakan berapa banyak yang kalian berikan sebagai mas kawin atau mahr mu’ajjal wa mu’ajjal. Kalian harus menyatakannya. Jadi, orang-orang yang tidak begitu punya, mereka memberikan satu koin perak, satu koin perak. Itu OK, tidak begitu sulit.

Dan Alhamdulillaah, hari ini, kita tengah menyaksikan pernikahan dua pasangan, di sini. Satu di sebelah kanan saya, satu di sebelah kiri saya. Dan saya berharap, alhamdulillaah, mereka demikian bahagia, dan mereka tengah melengkapkan agama mereka. Dan dapat melakukan yang terbaik bagi istri-istri mereka, menafkahi mereka dan memelihara kesantunan mereka dan kehormatan mereka, dan menghasilkan, insha Allah, keturunan dan anak-anak yang dengannya mereka dapat hidup bahagia dan menjadi muslim yang baik.

[Aamiin]

Ini adalah acara yang pribadi, di rumah ini, penyelenggaraannya pribadi dan tidak resmi. Ini merupakan pernikahan secara Islam. Secara resmi nanti akan dilakukan kemudian, oleh orang yang memiliki otoritas dan izin dari kementrian agama (KUA). Namun, saya di sini hanya melakukan upacara tak resmi (unofficial) dengan cara yang Islami untuk menjadikan kedua pasangan ini bersama sebagai suami istri, insya Allah.

Insya Allah

[Upacara Ijab Qabul berlangsung]

[jam berdentang menunjukkan pukul 12.00, dan Syaikh Hisyam berkomentar]

Pernikahan dianjurkan dilakukan sebelum Zuhur, dan kini tepat berakhir saat Zuhur.

Berita Gembira tentang Sayyidina Mahdi 'alayhissalam pada 10 Hari Terakhir Ramadhan 1428H

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
Rabu, 3 Oktober 2007, setelah Sholat Subuh
Fenton, Michigan



A'uudzu billahi minasy syaithanirrajiim

Bismillahirrahmanirrahiim

Nawaytul Arba'in, nawaytul i'tikaf, nawaytul khalwah, nawaytul 'uzlah, nawaytur riyadah, nawaytus suluuk lillaahi ta'aala l-'aazhim fii hadzal masjid

[Catatan pribadi, bukan transkripsi resmi; bila ada kesalahan adalah kesalahan penulis]

Kita kini berada di 10 hari terjahir di bulan Ramadhan. We spoke in the 1st 10 days of this Ramadan, about Sayyidina Mahdi 'alayhissalam, and also in the 2nd 10 days.

Pada 10 hari terakhir ini, ada persiapan-persiapan bagi Sayyidina Mahdi 'alayhissalam untuk menerima rahasia-rahasia Qur'an Suci. Beliaulah kunci bagi setiap rahasia, setiap samudera, setiap Kitab Suci. Beliau mewarisinya dari sang Nabi, Sayyidina Muhammad sallallahu 'alayhi wa aalihi wasahbihi wasallam.

Segera ibadah beliau diterima, setiap orang yang ada dalam hadirat beliau, terutama mereka yang menunggu kehidupan damai dimasa Mahdi, dan pada masa Sayyidina 'Isa 'alayhissalam; mereka akan menerima satu cahaya [dari rahasia-rahasia itu] yang akan berfungsi sebagai kendaraan bagi kenaikan mereka masing-masing ke Hadirat sang Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam.

Amrul Islam (The Matter of Islam religion) sedang berdatangan ke orang-orang dengan tingkat pemahaman terendah. Setiap Muslim kini sibuk dengan kehidupan mereka sehari-hari, lupa dan tidak mencari kehidupan relijius. Sehingga menuju ke titik terendah, kini itu akan naik dengan sangat cepat, tidak lagi menunggu dalam jangka hari, minggu, bulan atau pun tahun. Ini merupakan sebuah bagian dari persiapan dalam hati/qalbu mereka untuk menerima pengetahuan, bagi mereka yang akan hidup pada masa Sayyidina Mahdi dan Sayyidina 'Isa 'alayhimassalaam.

Sayyidina Mahdi alayhissalam mempunyai 7 orang Menteri, yaitu:

1. Syahaamatul Fardaani

2. Yuusuf as-Shiddiiq

3. 'Abdur-Rauf al-Yamaaniy

4. Imaamu 'l-'Aarifiin Amaanu 'l-Haqq

5. Lisaanu l'-Mutakallimiin 'Awnullaah as-Sakhaawii

6. 'Aarifu 't-Thayyaar al-Ma'ruf bi Mulhaan

7. Burhaanu l-Kuramaa' Sulthanul Awliya' Ghawth il-Anaam

Ketujuh Menteri ini sekarang sedang diberikan otoritas untuk melihat ke hati semua orang siapa yang akan berada pada masa Mahdi 'alayhissalam. Bukan tugas mereka untuk melihat ke mereka yang akan meninggal dunia, hal itu merupakan tanggung jawab yang lainnya untuk melaksanakan tugas itu. Ketujuh Menteri ini melihat ke hati mereka yang akan ada [hidup pada masa Mahdi dan/atau 'Isa], untuk download (ke hati/qalbu mereka) semua informasi dan pengetahuan ma'rifatullah ini ke hati/qalbu mereka. Ketujuh Menteri ini akan menyiapkan sebisa mungkin sehingga mereka yang akan hidup itu dapat menerima Rahasia-rahasia Qur'an Suci [1], yang akan diwahyukan kepada Nabi Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam, kemudian dari beliau ke Sayyidina Mahdi 'alayhissalam, kemudian darinya ke 7 Menteri, kemudian dari 7 Menteri ini ke Awliya'ullah, kemudian dari Awliya'ullah ke para murid mereka.

Informasi ini akan diberikan berdasarkan ukuran dari kapasitas hati/qalbu. Ini seperti landasan terbang di bandara, setiap jurusan ada landasan terbangnya. Ketujuh Menteri ini akan menyiapkan landasan terbang bagi para murid, ke setiap jurusan, ada kendaraan yang mendarat dan membawa pengetahuan bagi setiap orang. Tiap orang akan mempunyai pengetahuan berbeda, pengetahuan pada tiap orang ini akan terefleksi ke orang-orang sekitar mereka, orang-orang yang mereka temui, atau bicara. Dan pengetahuan ini akan terefleksi bahkan tanpa perlu mereka bicara.

Persiapan-persiapan ini untuk menerima Rahasia-rahasia Qur'an Suci yang akan menyiapkan mereka untuk Ma'arij, kenaikan mereka ke maqam masing-masing. Di bulan ini, pada Perkumpulan Awliya'ullah ( Diwanu l'Awliya'), di Hadirat sang Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam, Sayyidina Mahdi sudah diberikan otorisasi untuk memulai prosedur tersebut.

Sayyidina Mahdi mempunyai 40 khalifah, dan 59 deputi, sehingga total ada 99 Nama, sebagai manifestasi/perwujudan/tajalli dari 99 Nama Allah (Asmaul Husna)

Ke-99 Nama ini (deputi dan khalifah) disarikan oleh Grand-GrandShaykh Sharafuddin Daghestani [2], dari Qura'n Surah Al-An'aam. Beliau mendorong keluar nama mereka dari Surat tersebut selama 3 bulan. Hal itu sangatlah berat karena beliau mempunyai masalah hati (penyakit secara fisik .penj). Setelah itu, beliau memberikan daftar nama ini kepada pewarisnya, Grandshaykh 'Abdullah Faiz ad-Daghestani, dan kemudian diberikan kepada Mawlana Shaykh Nazim 'Adil Al-Haqqani.

[Penulisan terganggu]

Mawlana Shaykh Nazim berpidato didepan para Khalifah dan Deputi ini tentang rahasia Qur'an Suci. Mawlana Shaykh Nazim berbicara mengenai pentingnya membersihkan ego dan pentingnya ittiba' (mengikuti).

Dalam pertemuan ini, semua orang-orang spiritual, mereka hadir dan duduk dalam pertemuan ini supaya dilengkapi dan siap untuk bergaul dengan orang-orang untuk bersiap pada masa Mahdi alayhissalam.

Ramadhan ini, Mahdi 'alayhissalam, sudah diberitahukan perihal kemunculannya di dunia ini, dan tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang, untuk membawa keadilan dan kedamaian ke seluruh dunia tanpa peperangan. Allah SWT telah menyiapkan beliau dengan kekuatan rahasia tersembunyi yang begitu besarnya, sebuah energi yang melampaui semua bentuk energi yang kita pahami. Energi ini bukanlah berasala dari energi duniawi namun energi Surgawi dari Jibril 'alayhissalam. Dan kami sudah pernah menjelaskannya dengan detil.

Energi itu diletekkan tasarruf beliau (kendali/kontrol), jadi setiap jengkal tangan dimuka bumi akan berada dibawah kendali dan perintah beliau, secara fisik. Mahdi memberikan otorisasi kepada Mawlana Shaykh Nazim untuk bekerja pada hati/qalbu manusia.

Hasilnya, ada sebuah perayaan sangat besar dan kebahagiaan dalam Surga, bahwa semua penderitaan dan pertumpahan darah akan hilang, sementara keadilan dan kedamaian akan muncul. Ada sebuah parade Kebahagiaan, ini dibukakan kepada Sayyidina Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam, dan kemudian dari beliau dibukakan kepada Sayyidina Mahdi 'alayhissalam, dan lalu ke Awliya'ullah. Mereka pergi ke parade ini yang membuat orang-orang merasa lebih baik. Because its happiness is reflected on earth.

Banyak perubahan akan terjadi. Negara-negara lama akan hilang dan negara-negara baru akan bermunculan dengan rakyatnya yang damai.

Allah mewahyukan kepada Sayyidina Mahdi alayhissalam bahwa beliau akan menghabiskan waktu selama 7 tahun berada di Bumi bersama 7 orang Menteri. Setiap tahun selama masa pemerintahan beliau, satu dari para Menteri akan meninggal dunia. Sayyidina Mahdi sudah mengetahui apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi.

Inilah secara singkat apa yang terjadi. Ada perayaan sangat besar di Surga, para malaikat melafalkan tasbih:

* Subhana Dzil 'Izzati wal Jabaruut

* Subhana Dzil Qudrati wal Malakuut

* Subbuuhun Quddusun Rabbuna wa Rabbul Malaaikati war Ruuh

Tasbih ini dilafalkan dalam musik bermelodi Surgawi. Ketujuh buah Surga turut merayakan. Kursi Surgawi dihiasi, dan Singgasana sudah dibuka bagi Sayyidina Mahdi alayhissalam. Jika Musik Surgawi itu didengar oleh orang-orang, mereka akan terbang tanpa sayap dari Bumi ke Surga; dan semua gelombang elektromagnetik ini berasal dari refleksi tasbih para malaikat. Yang para ilmuwan temukan mengenai getaran dan gelombang adalah berasal dari tasbih para malaikat. Ketika Mahdi 'alayhissalam muncul, semuai musik Surgawi akan didengar oleh semua orang ini, orang-orang yang akan berada dimasa tersebut; dan mereka akan melihat diri mereka duduk diatas kuda yang dapat terbang dan membawa mereka kemana pun; untuk membawa kebahagiaan dimuka bumi.

Inilah pembukaan bagi 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Bihurmatil Habib Bihurmatil Faatihah!



Footnotes:

[1] Rahasia-rahasia Qur'an Suci disebutkan oleh Mawlana Shaykh Hisham pada sohbet-sohbet lain sebagai Khaamisul Quran, Qur'an Suci kelima, didalamnya terdapat rahasia-rahasia Qur'an

[2] Grand-GrandShaykh Sharafuddin Dagestani adalah seorang 'Aalim yang besar dan Sufi pada masa kekuasaan Utsmani. Grandshaykh 'Abdullah Faiz Daghestani adalah murid utama beliau. Lalu Grandshaykh 'Abdullah Faiz Daghestani memberikan kepada penerusnya Mawlana Shaykh Nazim 'Adil Al-Haqqani, Mursyid Tariqah Naqsybandi 'Aliyyah yang masih hidup.