Minggu, 15 Maret 2009



Peresmian Masjid Al Madina, Ciledug Tangerang, ,
Suhbah ,Syaikh Hisham Kabbani
2 September 2007


Madad Ya Sayyidi, Madad Sulthanul Awliya'

Audzubillaahi minasyaithoni rajiim,

Alhamdulillaah, Allaahuma Shali ala Sayyidina Muhammadin wa ala alihi wa shahbihi ajma'in,

Mawlana memimpin Zikir pendek,

Alhamdulillaah, kita diijinkan Allah dalam pertemuan yang berbahagia ini, pertemuan atas nama Allah dan atas nama Sayyidina Muhammad SAW, di mana dikatakan bahwa hanya dengan berdzikirlah hati kita menjadi tenang.

Sebagaimana hadits Nabi SAW, Amal seseorang ketika dia wafat, akan terputus kecuali yang tiga:

- Shadaqah Jariyah, yang pahalanya senantiasa mengalir,

- Anak Shalih, yang senantiasa mendoakan ayah ibunya yang telah meninggalkan dunia, sehingga pahalanya akan mengalir selalu kepada orang tuanya.

- Ilmu yang bermanfaat, yang ilmu diamalkan orang lain sehingga pahalanya akan mengalir kepada orang yang telah meninggal dunia.

Allah SWT memberikan hidup atau umur, ada yang ditetapkan umurnya sekian tahun, yang lain sekian tahun, tetapi Allah SWT tidak menghitung dengan tahun, tetapi Allah SWT menghitung dengan tarikan nafas dan embusan nafas. Jadi ketetapan usia manusia adalah tarikan dan embusan nafas dari dia berada dalam rahim ibunya hingga dia meninggalkan dunia.

Jadi shodaqoh jariyah adalah sebagaimana mesjid ini.

Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Abu Dzar r.a:
Jika setiap tarikan nafasku embusan nafasku tidak dalam dzikir, maka aku telah merugi.

Maka masjid adalah tempat yang digunakan untuk berdzikir, setiap tarikan nafas dan embusan yang digunakan di mesjid ini adalah untuk berdzikir. Jadi nafas ini ibarat berlian, maka jika tidak dilakukan untuk berzikir, maka kita seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Al Adzim adalah asma Allah yang tanpa batas.Arti Al Adzim hanya Allah SWT lah yang tahu hakikatnya.Al Adzim berarti hanya Allaah SWTlah yang memiliki segala sesuatu, sedangkan kita tidak mempunyai apa-apa.

Ketika Allah SWT yang memiliki Asma AlAdzim, apakah mungkin kita sebagai umat Nabi SAW masuk neraka.

Dalam hadits Nabi SAW riwayat Al Bukhari r.a : nabi SAW bersabda Allah SWT memberiku syafaat, yang dengan syafaat itu,jika syafaat itu diberikan kepadaku, maka aku akan bersujud, dan dalam sujudku aku akan berdoa dengan doa yang belum pernah dipanjatkan orang sebelumnya. Maka Allaah SWT berkata Ya Muhammad SAW mintalah maka AKU akan kabulkan. Maka Rasul SAW akan menjawab Ya Allah SWT, aku minta umatku. Maka Allah SWT berfirman ambil sepertiga umatmu dan masukkan ke Syurga.
Apakah kalian ingin masuk syurga?, maka ikuti saya!(Mawlana berdoa dan diikuti jemaah)

Maka demikian pula dengan yang kedua,
aku akan bersujud untuk kedua kalinya, dan dalam sujudku yang kedua aku akan berdoa dengan doa yang belum pernah dipanjatkan orang sebelumnya. Maka Allah SWT berkata Ya Muhammad SAW mintalah maka AKU akan kabulkan. Maka Rasul SAW akan menjawab Ya Allah SWT, aku minta umatku. Maka Allah SWT berfirman ambil sepertiga umatmu yang kedua dan masukkan ke Syurga.

Maka demikian pula dengan yang ketiga,
aku akan bersujud untuk ketiga kalinya, dan dalam sujudku yang ketiga aku akan berdoa dengan doa yang belum pernah dipanjatkan orang sebelumnya. Maka Allah SWT berkata Ya Muhammad SAW mintalah maka AKU akan kabulkan. Maka Rasul SAW akan menjawab Ya Allah SWT, aku minta umatku. Maka Allah SWT berfirman ambil sepertiga umatmu yang terakhir dan masukkan ke Syurga, kecuali sisakan satu orang.
Maka apa yang terjadi dengan orang yang tertinggal.dia merasa ketakutan sekali.
Maka Allah SWT berfirman Yaa Muhammad SAW kasih sayangku lebih besar daripada kasih sayangmu terhadap umatmu, maka ambillah 1 orang yang tertinggal dan masukkan ke syurga.

Cintailah Nabi SAW dan bershalawatlah. Jika satu sholawat saja akan ditimbang di Mizan lebih berat dibanding segala dosa orang tersebut, apalagi jika seseorang bersholawat ratusan atau ribuan setiap hari.

Alhamdulillaah kita dijadikan Allah SWT menjadi muslim, menjadi umat Nabi SAW, maka kita mesti banyak-banyak bersyukur, katakanlah Syukrulillaah, Alhamdulillah, karena jika seseorang bersyukur, maka Allah SWT akan menambah nikmat, jika tidak azab Allah SWT sungguh keras.

Di sini tampak ibu-ibu lebih banyak daripada bapak-bapak, Ibu-ibu insha Allaah akan masuk syurga lebih dulu.Semoga Allah SWT mengampuni kita, dan membuat kita cinta kepada masjid. Jangan lupa berdzikir di Masjid-masjid, senantiasa menjaga hati dan sibuk berdzikir dan bersholawat atas Nabi SAW.

Pada masa Nabi SAW, Nabi SAW ditanya seorang sahabat Yaa nabi SAW, aku sungguh berat dengan amal-amalan agamamu, berikan cara yang paling ringan yang berat timbangan pahalanya.Maka nabi saw berkata, basahi lidahmu dengan dzikir kepada Allah SWT.

Semoga Allah mengampuni kita.

Wa minAllaahi attawfiq.

Senin, 23 Februari 2009



Awliya’Ullah Masa Lampau dan Awliya’Ullah Masa Kini
Suhbat Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
Rue Abel 14 Paris, Senin, 20 Maret 2006


Allah Allah Allah Allah Allah Allah ‘Aziiz Allah
Allah Allah Allah Allah Allah Allah Kariim Allah
Allah Allah Allah Allah Allah Allah Subhana Allah
Allah Allah Allah Allah Allah Allah Sulthana Allah

Fa’lam annahuu Laa ilaaha illaLlah [Dhikr]

A’uudzu billahi minasy syaithanirrajiim
Bismillahirrahmanir rahiim
Nawaytul Arba’in Nawaytul I’tikaf, Nawaytul Khalwah, Nawaytul ‘Uzlah, Nawaytur Riyadhah Nawaytus suluuk lillahi ta’ala l-‘Azhiim fii hadzal masjid.
Athi’uLlah wa Athiurrasuul wa ulil Amri minkum
Ta’atilah Allah SWT, ta’atilah Nabi-Nya Sayyidina Muhammad -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- dan ta’atilah mereka yang memiliki otoritas. Saat kita mematuhi apa yang Allah SWT perintahkan pada kita, kita pun akan selamat. Saat kita tidak patuh, kita pun akan memiliki masalah ke mana pun kita pergi. Ia SWT berfirman, “Ta’atilah Diri-Ku, ta’atilah Rasul, dan ta’atilah otoritas di antara kalian”. Jadi, ketaatan dan kepatuhan merupakan kewajiban bagi kita, merupakan suatu disiplin bagi diri kita di setiap saat dalam kehidupan kita.

Begitu banyak orang di dunia ini, mereka tengah mencari hakikat dan kebenaran. Ada sejumlah enam miliar manusia, saat ini. Setiap orang di antara mereka, mencari hakikat dan kebenaran itu, bergantung pada ide-ide dan pikiran yang ada dalam diri mereka. Padahal pikiran itu berukuran lebih kecil dari sebiji kacang. Otak yang kita miliki, otak penggerak itu, adalah berukuran seperti ini [Mawlana memperagakan suatu ukuran kecil dengan tangan beliau], tak lebih besar daripada itu. Tapi, seperti yang kita pahami dari ilmu pengetahuan dan penemuan saat ini, bahwa dalam otak kita, terdapat sebuah ‘biji’ kecil, seperti sebuah chip/keping, sangat kecil yang ditanam di situ, lebih kecil dari biji kacang lentil, yang memiliki fungsi lebih banyak daripada apa pun lainnya dalam alam semesta ini.

Di zaman ini, jika kalian ingin membuat suatu software untuk suatu komputer, kalian mesti mengumpulkan ratusan dan ratusan insinyur untuk membuat bagi kalian suatu software khusus untuk keperluan yang khusus pula. Sebagaimana kalian sekarang dapat menjumpai ratusan software, yang untuk membuatnya, diperlukan ratusan, ribuan, bahkan jutaan insinyur dari segenap penjuru dunia, maka bagaimana pendapat kalian untuk membuat suatu hardware? Tentu saja serupa dengan itu, diperlukan jutaan dan jutaan insinyur. Namun, tetap saja hingga saat ini, mereka belum mampu meraih level tertinggi dalam teknologi.

Demikianlah, jutaan insinyur diperlukan untuk sekedar merancang sesuatu yang dapat kalian pahami, untuk sekedar merancang suatu program dan melakukan suatu pekerjaan tertentu. Maka, bagaimana pula pendapat kalian tentang Sang Insinyur [jika kita dapat menyebut-Nya seperti itu], Sang Pencipta atau Sang Insinyur itu yang merancang keseluruhan sistem diri kalian untuk dapat dikendalikan oleh sebiji chip berukuran tak lebih besar dari ukuran biji kacang kecil. Sebiji chip yang mengendalikan keseluruhan tubuh kalian, membuat rencana, dan mengirimkan informasi dan sinyal ke setiap sel dalam tubuh kalian untuk bergerak. Ya, untuk setiap sel di tubuh kalian untuk dapat bergerak. Sel-sel tersebut tak dapat memerintah chip kecil di otak tersebut. Sel tubuh hanya memiliki otoritas atas dirinya sendiri. Sel tersebut bergerak saat ia diperintah oleh chip kecil yang ada dalam otak kita tersebut.

Tolong, coba kalian redupkan cahaya lampunya sedikit. Lihat ke atas ke langit-langit! [Mawlana menunjuk ke hiasan lukisan bintang-bintang di atas/langit- langit restaurant] Dapatkah kalian menghitung [lukisan] bintang-bintang tersebut? Terangkan lagi cahaya lampunya.

Kita kembali sebentar ke apa yang telah kita bicarakan sebelumnya, yaitu setelah kita tunjukkan Keagungan Sang Pencipta, bahwa setiap orang tengah mencari hakikat dan kebenaran tersebut. Kita tengah berada dalam suatu perjalanan mencari, dan kita akan bahagia bila perjalanan tersebut telah mencapai sesuatu hakikat kebenaran yang membuat kita bahagia. Setiap orang di sini berbahagia ketika mendengar musik. Musik tadi dibuat dan diciptakan oleh manusia. Setiap orang di sini amat bahagia mendengarnya, dan musik itu mempersiapkan kita untuk mendengar lebih lanjut dan untuk merasakan Keagungan Tuhan kita dalam mengingat Hadirat Ilahiah. Maka kemudian, saat kita meredupkan cahaya lampu, semua bintang-bintang [di langit-langit] menunjukkan keberadaan mereka. Pemilik restaurant ini telah menghiasi segenap penjuru atap atau langit-langitnya dengan bintang-bintang ini, sehingga jika kalian mematikan cahaya lampu, kalian dapat melihat bintang-gemintang di mana-mana. Kini, saya menantang siapa pun untuk menghitung jumlah mereka. Sekalipun, lukisan bintang-bintang ini dibuat oleh manusia, saya bertanya pada siapa pun yang hadir di sini, “Dapatkah kalian menghitung jumlahnya?” Shaykh Amanullah! Anda tahu berapa jumlah bintang-bintang ini? Shaykh ‘Abdallah, ada berapa? Shaykh Jamaluddin, berapa banyak? Kalian dapat menghitung bintang-bintang ini? Saya dapat menghitungnya. Saya tahu ada berapa banyak jumlah mereka. Bintang-bintang ini berjumlah 1.271.000. Jika kalian tak percaya, silakan hitung jumlah mereka! Artinya, kita tak dapat menghitung jumlah mereka. Coba bayangkan, bahwa saat ini, para astronom, para fisikawan, mereka menemukan bahwa setidaknya ada sekitar 6 milliar galaksi, dan setiap galaksi memiliki 80 milliar bintang-bintang.

Jadi, ketika kita melihat ke langit di malam hari, kita melihat bintang-bintang. Kenapa di malam hari? Karena, di saat malam hari berarti kalian telah mengisolasi diri kalian sendiri dari kehidupan dunya ini. Saat itulah, kalian mulai dapat melihat cahaya yang telah diciptakan Allah di alam semesta ini. Saat diri kalian tidak lagi memandang keinginan-keinginan dan kenikmatan-kenikmat an dunya ini, dan kalian hanya memfokuskan keseluruhan hati dan pikiran kalian untuk bermeditasi pada Hadirat Ilahi, maka cahaya dari berbagai manifestasi berbeda bintang-bintang ini akan muncul pada diri kalian, dan kalian akan mulai melihatnya dan mengidentifikasi mereka. Saat kalian meninggalkan dunya, akhirat pun terbuka. Saat kalian memasuki Akhirat, cahaya itu yang kalian manifestasikan, akan menghilang, dan cahaya lain pun akan datang. Sebagaimana saat kita melewatkan akhir waktu malam, pagi pun datang menjelang, dan bintang-gemintang kecil ini pun pergi menghilang, lalu sang matahari, cahaya dari energi itu membuat seluruh langit terang. Artinya, saat diri kalian meninggalkan hubbud dunya [kecintaan pada dunia, red.], hubbul akhirah [cinta pada akhirah] pun muncul, sebagaimana bintang-bintang ini muncul di malam hari. Saat kecintaan pada akhirah itu meningkat dalam diri kalian, dan kalian pun mulai lebih banyak melihat dan melihat serta bertafakkur akan Akhirat, cahaya [bintang] yang hanya muncul setitik demi titik itu pun akan lenyap, dan kemudian sang matahari akan bersinar. Dan hati kalian pun akan terbuka. Cahaya Allah SWT pun, Allahu Nuurus samaawaati wal Ardh, “Allah cahaya lelangit dan bumi” [QS An-Nuur 24:35], akan masuk, sebagaimana Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- pernah bersabda, “Maa wasiátii fii samaa-i wal ardhi wa lakin wasi’anii qalba ‘abdiyal Mu’min” ‘Langit dan Bumi tak dapat melingkupi-Ku, melainkan qalbu seorang hamba-Ku yang beriman’.

[Shaykh Farhat: Takbir! Hadirin: Allahu Akbar…]

Jangan berteriak Takbir di hadapan Mawlana Shaykh, beliau akan meneriaki kalian, karena ini gaya Wahabi.

Jadi, setiap orang tengah mencari hakikat itu lewat perjalanan mereka menuju akhirah. Seseorang mungkin akan menemukan bintang-bintang ini. Bintang-bintang dalam jumlah yang terbatas, cahaya dalam jumlah yang terbatas. Beberapa yang lain mungkin akan menemukan Bulan, dengan intensitas cahaya yang lebih besar. Tapi, mereka yang meminta suatu bimbingan, mencari seorang pembimbing, Sang Pembimbing akan membawa mereka. Seperti halnya fisikawan zaman sekarang yang mencoba melihat ujung dari galaksi kita. Mereka tak mampu melihat ujung galaksi itu kecuali dengan menggunakan instrumen khusus yang memungkinkan mereka melihat lebih jauh. Instrumen itu adalah Teleskop Hubble. Artinya, seperti itu pula, Sang Pembimbing, Sang Pemandu adalah layaknya sebuah “Teleskop Hubble”, bukan Hubble dalam arti sebuah teleskop, melainkan dengan basirah-nya, dengan penglihatan qalbunya, ia dapat memandu kalian melewati kegelapan dunia ini untuk membawa diri kalian tidak hanya untuk melihat bintang-gemintang, tapi untuk membawa diri kalian lebih jauh lagi untuk berada pada level pencerahan yang lebih tinggi, dengan membawa kalian ke cahaya sejati dari sang matahari yang tak pernah tenggelam, yang bersinar tanpa henti.

Sang Pemandu yang membimbing diri kalian, ia menggunakan qalbunya, penglihatan hatinya, yang selalu berada di hadirat Ilahiah. Ia tahu bagaimana cara membimbing kalian, ia tak akan meninggalkan diri kalian dengan bintang-bintang, tapi, ia akan membawa kalian menuju level pencerahan yang lebih tinggi, dengan membawa kalian menuju sang matahari yang tak pernah turun tenggelam, selalu bersinar dengan terangnya di langit. Saat matahari itu tak pernah tenggelam, selalu di atas, artinya, selalu diri kalian berada di bawah tajalli [manifestasi] dari cahaya-cahaya ini yang berasal dari Sayyidina Muhammad -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-, yang Allah SWT telah memanifestasikan Cahaya-Nya pada Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-, dan Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- memanifestasikan cahaya beliau pada kemanusiaan. Allah SWT memanifestasikan Diri-Nya melalui Nama-Nama dan Sifat-Sifat Mulia pada Muhammad -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-. Dan Sayyidina Muhammad -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- memanifestasikan nama-nama dan sifat-sifat indah yang beliau miliki kini, yang telah dikaruniakan Allah pada beliau, beliau manifestasikan pada kemanusiaan. Dan, karena itulah, kalian pun akan bergembira dalam keindahan cahaya itu yang datang dari sayyidina Muhammad -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-, yang setiap orang akan beroleh bagiannya. Ini semua bergantung seberapa jauh diri kalian menerima bimbingan Sang Syaikh atau Sang Guru, seberapa jauh kalian mengizinkan diri kalian sendiri untuk menerima dan mengikuti orang tersebut.

Beberapa orang mungkin menggunakan pikiran mereka. Maka, mereka pun akan jatuh gagal. Jika kalian ingin pergi ke suatu hotel, atau suatu restaurant, atau ke suatu tempat, kalian pun bertanya ratusan kali pada orang-orang untuk memberikan pada kalian arah yang benar. Kini, mereka menggunakan peta [di komputer?] untuk menemukan ke arah mana mereka mesti pergi. Di zaman ini, mereka menciptakan pula peralatan navigasi [dengan GPS dan GIS, red.], untuk memberitahu, “Belok kiri, belok kanan”, dan suara dalam peralatan itu pun mungkin tak pernah berubah. Suara yang sama di setiap mobil. Mengapakah diri kalian begitu mempercayai [suara] wanita atau laki-laki yang memandu kalian dalam peralatan navigasi tersebut? Kalian mengikutinya secara buta, kalian tak pernah mengajukan suatu pertanyaan. “Belok Kiri!” Kalian pun belok kiri. “Belok kanan!” Kalian pun belok kanan. Dan jika kalian mengajukan pertanyaan, mereka tak pernah menjawabnya, karena mereka tahu kalian gila, kalian salah. Dan jika kalian tidak mendengar atau tidak taat pada mereka, serta mengambil arah yang salah, mereka akan berkata, “Ok, berputarlah kembali”, atau mereka akan mengganti rutenya bagi kalian. Ini karena mereka memiliki otak, mereka menggunakan akal pikiran mereka. Seorang Pemandu Spiritual, menggunakan pikiran pada level yang lebih tinggi, mereka menggunakan qalbu/hati. Jika mereka mengatakan pada kalian untuk pergi ke arah tertentu, kalian tidak senang. Kalian mulai berkata, “Tidaaak..... , jalan ini lebih baik, arah itu lebih baik”. Hal yang terpenting adalah untuk mendengarkan. Dan mematuhi! Jika kalian mendengar, “Ismaú wa ‘au, isma’u wa ‘uu, fa un wa’aitu, fantashiruu. Isma’ wa áthi’”. Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- dan juga nabi-nabi lainnya, saat Jibril dating, mereka pun mendengar dan mematuhi. Tak pernah dalam Al Quran suci disebut-sebut Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- mengajukan pertanyaan pada Jibril. Selalu beliau mendengar dan mematuhi. Beliau -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- adalah sang teladan, beliau manusia sempurna, Penutup Para Rasul, Insan Kamil, Manusia yang Sempurnal.

Sang Pembimbing dilatih oleh Pembimbingnya, dan Pembimbingnya juga dilatih di bawah Pembimbingnya, dan yang terakhir ini juga dilatih di bawah Pembimbingnya, demikian seterusnya melalui suatu jalur hingga Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-, dalam suatu rantai bersambung yang tak terputus. Dalam jalan Tariqat Naqshbandi Haqqani kita, antara Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- dan Shaykh kita, ada 38 pribadi, untuk mencapai Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- melalui Sayyidina Abu Bakar r.a. Dan dari satu pribadi memberikan bimbingan ke pribadi lainnya tanpa terputus.

Dan pengetahuan yang mereka berikan pada kita, di luar jangkauan akal pikiran, dan di luar deskripsi mana pun. Saat kalian mendengarkan pada apa yang mereka buka, dalam satu sesi, dua sesi, tiga sesi, adalah tak mungkin untuk menjelaskan setiap kali, pengetahuan yang tengah datang bagi hadirin yang ada. Hal ini karena Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- selalu dalam keadaan Mi’raj (naik), dalam setiap saat beliau naik/mi’raj, dan seiring dengan mi’raj-nya beliau, beliau pun memperoleh pengetahuan- pengetahuan dan ilmu-ilmu baru, yang kemudian beliau berikan kepada ummah melalui para pewaris Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- tersebut, dari pengetahuan- pengetahuan baru yang mereka terima itu. Dan karena itu pula lah, pengetahuan- pengetahuan ini tak dapat kalian jumpai di buku mana pun, kemana pun kalian berusaha mencarinya.

Jadi, apa yang telah ditulis sebelum ini, adalah untuk masa sebelum ini. Apa yang tengah mereka terapkan [dari pengetahuan lampau] di hari ini, adalah baik, tapi, itu tidak akan membawa kalian menuju matahari, itu mungkin cuma membawa kalian menuju bintang-bintang. Karena sang matahari selalu mutajaddidah [lit. Selalu diperbaharui, red.], dalam keadaan ledakan pengetahuan yang terus-menerus. Sang bintang mungkin telah berakhir, dan kalian masih melihat cahayanya. Tapi, hakikatnya, cahaya itu sudah tidak ada lagi, sudah mati. Bintang-bintang yang cahayanya kalian lihat itu sudah mati, tapi karena cahaya itu bergerak dalam suatu kerangka ruang-waktu, suatu ruang yang harus ditempuh dalam waktu tertentu, dengan kecepatan kira-kira 300.000 km/detik, maka cahaya itu perlu waktu untuk mencapai diri kita. Jadi, sekalipun cahaya tersebut masih datang dan terlihat, namun bintang sumbernya sudah tak ada lagi, sudah mati, sang pembimbing sudah pergi. Tapi, sang Matahari [yang berjarak dekat, red.] selalu dalam keadaan mutajaddidah, selalu dalam reaksi nuklir mengeluarkan energi, suatu pembentukan sumber baru energi yang kontinyu tanpa henti. Seperti itulah Awliya’Ullah, mereka selalu dalam keadaan pembentukan atau evolusi pengetahuan yang sinambung tanpa henti, yang datang pada mereka, seiring dengan naiknya/Mi’rajnya Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam-, mereka pun turut mi’raj bersama beliau -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- dan mengambil [dari beliau] serta memberikannya pada pengikut-pengikut mereka.

Buah kurma ini, setiap orang ingin memakannya, ooh, dengan senang hati. Namun, jika kalian membiarkannya di sini selama satu tahun, tak seorang pun ingin menyentuhnya. Orang akan berkata, “Ooh, ini sudah tua, sudah membusuk, dari waktu lampau, satu tahun yang lalu. Kita butuh yang baru, yang segar.” Awliya’Allah seperti itu pula. Mereka memberikan pada kalian pengetahuan yang segar. Mereka yang mencari hakikat dengan cara yang lain, ok, mungkin akan mereka temukan. Tapi, hakikat itu adalah untuk waktu itu, bukan untuk waktu kini di mana dan saat mana kalian tengah hidup sekarang. Karena itulah, Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- bersabda, “Ana hayyun thariyyun fii qabrii” “Aku hidup dengan segar di kuburku”. Beliau mencapai Ummah dengan segera. Beliau hidup. “Man salla ‘alayya, raddAllahu ‘azza wa jalla ‘alayya ruuhii hatta usholli ‘alayh”. “Barangsiapa bersalawat atasku, Allah akan mengembalikan padaku ruhku agar aku dapat menjawab salam orang tersebut.” Artinya, menurut Imam Suyuti, ruh Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- tidaklah pernah meninggalkan tubuh beliau.”

Ini adalah suatu Tape Recorder [Mawlana menunjuk ke suatu tape recorder kuno]. Mungkin berasal dari suatu zaman batu. Mungkin, beberapa orang ingin menggunakan [peralatan] zaman batu. Ok, boleh-boleh saja. Tapi, itu berarti kalian dari zaman batu. Beberapa orang yang lain mungkin menggunakan alat seperti ini [Mawlana menunjuk ke peralatan rekam yang lebih modern], yang dapat merekam ribuan dan ribuan jam. Seperti sekarang, ada iPod yang dapat menyimpan ratusan ceramah/suhbat, dan orang-orang pun dapat mendengarkan dan menikmatinya. Dengan yang ini, tidak bisa. Awliya’Allah di Hari Kemarin, adalah OK, di atas kepala saya. Tapi, pengetahuan Hari Ini yang diberikan pada Awliya’Allah yang hidup di zaman ini jauh lebih cepat daripada apa yang ada sebelumnya. Jadi, untuk siapa saja yang menggunakan teknologi Awliya’Allah yang kuno, [ketahuilah] bahwa ada teknologi baru yang lebih modern yang dimiliki Awliya’Allah hari ini, yang lebih baik untuk digunakan daripada teknologi yang kuno.

Ini adalah suatu gelas. Berapa ml kalian dapat mengisinya? Sangat sedikit. Ukurannya tidaklah cukup besar untuk dapat diisi banyak air. Botol ini…berapa banyak dapat diisi? Satu liter atau satu setengah liter? Satu setengah liter. Jika saya punya sebuah botol, apa gunanya sebuah gelas (?) Jadi, jika kalian pergi ke seorang Syaikh yang ia cuma memiliki pengetahuan sebanyak satu gelas, kalian pun cuma mendapat satu gelas, karena dulu tak ada teknologi untuk membuat botol, sebagaimana saat ini ada botol plastik. Kalian dulu tak punya botol plastik. Bagi Awliya’Allah masa sekarang, Allah memberikan pada mereka kekuatan yang dahsyat untuk dapat memperluas qalbu kalian, cukup dengan selintas pandangan mereka ke qalbu kalian, untuk membuatnya seluas alam semesta ini dan mengisinya dengan pengetahuan Langit, dengan pengetahuan Surgawi. Awliya’Allah masa lalu tak memiliki kekuatan sebesar itu, mereka tak dapat memperluas sebagaimana Awliya’Allah zaman ini dapat memperluas [qalbu]. Dan jangan kalian katakan, “Ooh, Syaikh, apa yang Anda katakana? Kita memiliki banyak sekali Wali-Wali besar.” Dengan segenap hormat saya, tentu saja, kita memiliki Wali-wali yang besar. Tapi, Wali besar di masa lalu berbeda dengan Wali besar di Hari ini. Di masa lalu, tak ada mobil. Mereka menggunakan unta dan kuda. Iya, bukan? Mereka selalu melakukan perjalanan dengan kecepatan seperti itu. Mereka pun tidak memiliki pesawat atau pun roket. Dan kini, kalian memliki sains yang lebih tinggi yang Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- tidak menyebutkannya dulu, tapi tetap tersimpan sebagai suatu rahasia dalam Quran Suci dan Hadits Suci, karena bukanlah saatnya untuk dibuka, di saat itu, dahulu. Kini, pengetahuan itu dibuka bagi Awliya’Allah. Karena itu, kini kalian dapat menjumpai berbagai penemuan dalam Quran dan Hadits suci yang ditemukan oleh para ilmuwan. Apa yang dikatakan oleh Nabi -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- 1400 tahun lampau, ditemukan saat ini. Tapi, beliau tidaklah menyebutkannya pada Sahabat atau Awliya’Allah sebelum ini. Beliau -sallAllahu ‘alayhi wa aalihi wasallam- baru menyebutkannya pada Awliya’Allah di zaman sekarang.

Ada hal-hal yang Mawlana izinkan, Mawlana Syaikh Muhammad Nazim ‘Adil al-Haqqani, semoga Allah memberikan pada beliau umur panjang, yang beliau izinkan bagi kita untuk membicarakannya. Tapi, ada pula hal-hal yang tidak beliau izinkan. Grandsyaikh, Syaikh ‘Abdullah al-Faiz ad-Daghestani, semoga Allah merahmati ruh beliau, beliau mengizinkan Mawlana Syaikh Nazim saat itu, yang kami sendiri dapat melihatnya saat itu, Alhamdulillah, kami berada bersama mereka saat itu, bahwa beliau mengizinkan Mawlana Syaikh Nazim untuk mengatakan hal-hal tertentu, dan tidak mengizinkan untuk mengatakan hal-hal lain, yang beliau [Mawlana Syaikh Nazim] tak diizinkan untuk mengatakannya. Karena, orang-orang tak mampu, hati mereka tak mampu diisi lebih dari satu gelas. Dan karena itulah kalian tak dapat memberikan lebih banyak lagi, atau orang-orang tak akan mampu memahaminya, menjadi terlalu banyak buat mereka.

Katakanlah, sebagai contohnya, pengetahuan di Asia Tengah. Pernah ada seorang guru bernama Gurdjieff. Dan ia berusaha mencari hakikat, dan ia pun mengembangkan suatu sistem yang disebut Enneagram. Dan karena beliau mengunjungi banyak dari Awliya’ di Asia Tengah, dan mampu mempelajari berdasarkan kapasitas dirinya. Ia pun muncul dengan ide akan deretan sembilan titik. Dan sembilan titik yang ia berhasil menemukannya, sebenarnya mereka adalah .... Tapi, ia tidak mengatakannya, ia tidak tahu, saat itu, sekitar 80 tahun yang lalu, dari mana Sembilan titik ini muncul. Tapi, ia mengkategorikan mereka menjadi tingkatan-tingkatan spiritualitas yang berbeda untuk dicapai; hingga mereka dapat mencapai level disiplin tertinggi, dan keseimbangan, equilibrium. Ia pun menggambarkannya dalam dimensi yang linear, di mana ia mulai berbicara bahwa segala sesuatunya dapat diraih berdasarkan levelnya yang berbeda. Tapi, apakah itu yang dinamakan ‘linear’? Jika Gurdjieff masih hidup saat ini, saya akan bertanya padanya, bagaimanakah garis linear itu muncul dan ada? Apakah asal usul garis yang linear itu? Suatu TITIK! Jika kalian melihat suatu titik, dengan kedua mata kalian, kalian melihat suatu titik. Jika kalian melihatnya dengan suatu kaca pembesar, kalian melihat suatu titik yang lebih besar. Jika kalian melihatnya di bawah suatu mikroskop, titik itu pun menjadi sebuah alam semesta. Artinya, segala sesuatunya berasal dari suatu lingkaran, suatu circular. Karena titik itu adalah suatu lingkaran. Jadi, Enneagram pada hakikatnya bukanlah suatu garis linear. Enneagram adalah suatu lingkaran. Jadi, jika kalian menaruhnya pada suatu garis melingkar, dan dalam suatu lingkaran kita akan mengerti hubungan di antara titik-titik pada circumference pada lingkaran tersebut, yang kesemuanya adalah 9 titik, dan pusat dari lingkaran tersebut, adalah pusat dari penjuru-penjuru yang mengeluarkan energi.

Jadi, dari manakah ke-sembilan garis ini muncul? Datang dari mana? Dari sini [Mawlana menunjuk ke tangan beliau]. Jika kalian melihat pada tangan-tangan kalian, kalian akan melihat dua angka di kedua belah tangan. Yang satu merefleksikan yang lain. Kalian memiliki angka 8 dan angka 1, dalam bahasa Arab. Jika kalian melihat ke tangan yang lain, adalah cerminnya, dimulai dengan 1, lalu 8. Nah, dalam numerologi, jika kita tambahkan 8 dengan 1, menjadi apa? Akan menjadi angka 9. Dan 1 dengan 8 di sisi yang lain, bila ditambahkan juga sama dengan 9. Jika kalian taruh seperti ini, yaitu 9 dengan 9, adalah 99. Jika kalian mengatakan, “Ok, saya tak ingin seperti itu, saya ingin menambahkan 18 dan 81”, itu pun 99. Tambahkan 9 dan 9, apa yang terjadi? 18, 1 dan 8, bila ditambahkan, menjadi 9. Asal-usul Enneagram adalah dari penyandian [enkripsi] yang ada di kedua tangan kita. Karena hakikat diri kalian di sini, semua ada di kedua tangan. Kita akan jelaskan ini di lain waktu.

Seluruh hakikat dan pengetahuan yang kalian ingin ketahui tentang kepribadian diri kalian berada di kedua tangan kalian. Karena itulah, orang-orang dapat membaca tangan.

Jadi, bila kita melihat pada angka-angka. Apakah angka-angka itu? Dari bahasa apa? Ada yang tahu… [Hadirin: Bahasa Arab!] … Aha…. Itu salah. Angka-angka itu dari bahasa Hindi, dari India. Dan numeral Arab adalah angka-angka yang kita gunakan di sini di bahasa Perancis, juga di Bahasa Inggris. Angka 1, angka 2, dan seterusnya.
Saya cukupkan sampai di sini, dan kita akan jelaskan di lain waktu.

Wa min Allah at-Tawfiq. Bihurmatil Habib Al-Fatihah.
__._,_.___

Minggu, 04 Januari 2009


Qutbanniyya
Syaikh Muhammad Hisham Kabbani Ar Rabbani



Ulama merupakan pewaris para anbiya. Namun demikian, ulama yang dimaksudkan disini bukanlah mereka yang memperolehi ilmu mereka daripada buku-buku. Ulama yang dimaksudkan ialah mereka yang bergelar aqtab. Bagi golongan ini, Allah telah membuka enam kunci kuasa di dalam hati mereka, dan juga memberitahu mereka tujuh nama peribadi yang ada untuk mereka.
Lima peringkat Qutub:
• Qutub
• Qutub al-Bilad
• Qutub al-Mutassarif
• Qutub al-Irshad, dan
• Qutub al-Aqtab
Qutub merupakan seorang yang telah dianugerahkan oleh Allah satu kuasa yang boleh mengeluarkan daripada zat Muhamamd ilmu-ilmu kerohanian dari alam kerohanian dan ghaib ke dunia. Beliau dapat memperolehi dan mengeluarkan ilmu dan rahsia dari hati Rasulullah (saw). Ini merupakan tahap pertama seorang qutub.
Qutub al-Bilad bertanggungjawab ke atas susunan dan kestabilan di dalam dunia ini. Beliau tahu tentang keperluan-keperluan setiap bangsa dan segala kumpulan makhluk di bumi ini.
Qutub al-Irshad menjadi penasihat kepada 124,000 para awliya.
Qutub al-Mutassarif diberi otoriti untuk mengarah para malaikat kepada setiap manusia dan makhluk, dan juga bertanggungjawab ke atas makhluk-makhluk yang kecil seperti cacing-cacing yang tinggal di celah-celah batu. Semua kuasa ini datangnya dari Sayyidina Muhammad (saw).
Qutub al-Aqtab menyelia dan bertanggungjawab ke atas aqtab-aqtab yang lain.

Ghauth
Di atas kelima-lima aqtab ialah ghauth. Kedudukan beliau ialah di antara “Tiang Kepada Tiang” dengan Rasulullah (saw). Ghauth diibaratkan sebagai paip atau saluran. Sayid Bahauddin Naqshband ialah salah seorang daripada qhauth dan begitu juga Sayid Abdul Qadir al-Jilani. Ghauth berubah dari abad ke abad. Sumber kuasa aqtab dan ghauth adalah secara terus menerus dari hati Rasulullah (saw). Antara ciri-ciri, tugas-tugas dan kuasa-kuasa yang ada pada diri mereka adalah seperti berikut: • mereka ada pengetahuan berkenaan kejadian yang berlaku di dalam bumi yang melibatkan angin, gempa bumi dan hujan. Kedua-dua ibu-bapa mereka mesti ada ashraf daripada keturunan Ahl al-Bayt, iaitu daripada Hassani dan Husayni. Sekiranya mereka tidak datang daripada keturunan Rasullullah (saw) dan mereka dapat sampai ke tahap maqam yang tinggi ini, bererti mereka mewarisinya daripada Salman al-Farsi. Rasulullah telah menerima Salman sebagai salah seorang ahli keluarga baginda (saw), walaupun Salman berasal dari Farsi. Untuk menunjukkan bahawa Salman adalah ahli keluarga, baginda (saw) pernah berkata kepada isterinya supaya tidak perlu menutup awrah apabila Salman berada di dalam rumah mereka. Setiap angkara yang berlaku di dalam alam semesta ini adalah di dalam tangan aqtab-aqtab dan ghauth - daripada Allah kepada Rasulullah (saw), dan daripada Rasulullah (saw) kepada aqtab dan ghauth - Wa yahmiloon ‘arsh ar-rahmanu yaumaidhin thamaaneeya.
Allah telah mencipta lapan malaikat untuk mengangkat TahteraNya. Tidak ada bahasa untuk menerangkan bagaimana hebatnya ciptaan lapan malaikat ini. Mereka gembira diberi tugas mengangkat Tahtera tersebut, tidak ada perasaan bongkak dan megah. Namun begitu terdapat satu perasaan di kalangan mereka bahawa merekalah malaikat yang mempunyai darjat yang paling tinggi. Allah mahu menunjukkan kepada mereka bahawa sebenarnya mereka tidak mempunyai sebarang kuasa. Allah melenyapkan segala kekuatan dan kuasa yang ada pada diri mereka, hatta hilanglah kekuatan mereka. Kuasa mereka telah dipindahkan kepada enam para awliya (5 qutub dan seorang ghauth). Allah berfirman, “Aku akan mencipta seorang khalifa di bumi.” Para malaikat bertanya, “Adakah Engkau hendak mencipta mereka yang akan membuat fitnah di atas bumi dan melempahkan darah…?”
Allah tunjukkan kepada mereka bahawa kumpulan manusia ini adalah daripada golongan yang terpuji. Malah, aqtab-aqtab dan ghauth inilah yang membantu para malaikat. Sekiranya terdapat di antara mereka bukannya daripada tariqat Naqshbandi, Allah memberi izin kepada Rasulullah (saw), dan Rasulullah (saw) memberi izin kepada sheikh mereka untuk membawa ajaran tariqat Naqshbandi selain daripada ajaran-ajaran tariqat yang sedang mereka ikuti. Oleh yang demikian, awliya tersebut membawa kuasa daripada tujuh tariqat. Oleh kerana terdapat lima qutub pada setiap masa, apabila seorang daripada mereka meninggal dunia, dia akan diganti.
Golongan para awliya ini memanglah unik. Salah satu realiti kewujudan mereka adalah untuk mengambil ilmu daripada setiap nama Allah. Akibatnya, mereka sentiasa berada dalam keadaan ekstasi. Daripada setiap nama Allah yang Maha Suci, mereka menikmati 700,000 bentuk ekstasi, dan daripada keadaan tersebut mereka boleh memberi kepada manusia 700,00 bentuk hikmah. Setelah mereka menyelami Lautan hikmah dan ilmu ini, Allah akan menanggalkan tirai/hijab dan membuat mereka kasyaf. Dengan keadaan kasyaf mereka akan sampai ke Kehadiran Ilahi, di satu tempat di mana mereka akan menyaksi haqiqat ayat yang berbunyi, “Allahu nuru samawati wal ard” (Allah ialah Cayaha di langit dan di bumi). Semenjak pada waktu itu, apa yang mereka lihat hanyalah cayaha itu.

Sabtu, 06 Desember 2008


Jangan Tunda! Jangan Persulit!

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani


A’uudzu billahi minasy shaithanirrajiim
Bismillahirrahmanirrahiim
Athi’ullaaha wa Athi’ur rasuula wa ulil amri minkum [QS 4:59]

Allah berfirman Innallaaha amara ‘ibaadahu li an yakuunu muthii’iina lahu wa linabiyyihi ‘alaihi afdalus salaati wassalam. Allah (SWT) memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mematuhi-Nya dan untuk mematuhi Nabi-Nya Sayyidina Muhammad (sallAllahu ‘alayhi wasallam). Dan taat kepada Allah dan Nabi-Nya adalah suatu kewajiban. Ketaatan dan kepatuhan itu bukanlah suatu sunnah, melainkan itu adalah suatu yang fardhu (wajib). Kalian harus taat. Jika kalian tidak taat dan patuh, itu berarti kalian telah melakukan dosa, dan kalian pun akan dihukum atasnya.

Dan Sayyidina Muhammad ‘alaihi afdalus salaatu wassalam bersabda, qoola, beliau bersabda dalam banyak kesempatan bahwa ia yang telah mampu untuk menikah janganlah menunda-nunda lagi pernikahannya; dan ia yang takut dan cemas bahwa pernikahan merupakan suatu tanggung jawab yang amat berat yang ia tak mampu menanggungnya, ia harus bersabar; jika ia tak mampu bersabar, ia mesti berpuasa.

Dan pesan Sayyidina Muhammad ‘alaihi afdalus salaatu wassalam adalah untuk segala zaman. Dari zaman ketika beliau hidup hingga hari pembalasan. Beliau melihat bahwa orang-orang tak mampu mengendalikan diri mereka sendiri. Bahkan pada masa-masa sebelum ini pun, mereka tak mampu mengendalikan diri mereka, bagaimana menurutmu dengan zaman modern sekarang? Saat mana bermunculan segala macam hal ini, MTV, dan televisi, dan semua disco dan klub-klub malam ini, dan semua wanita-wanita yang tak memakai hijab/jilbab-nya; serta semua laki-laki yang tak lagi peduli pada apa pun; bagaimana mungkin kalian mampu mengendalikan diri kalian sendiri pada zaman seperti ini? Karena itulah, adalah penting bagi kita untuk mendengar dan menaati apa yang Nabi katakan dan menikah.

Saat ini, sayangnya, para orang tua demikian bahagia dengan anak-anak mereka, mengirimkan mereka untuk belajar ke universitas, yang tentu saja ini baik. Tetapi, kesalahan besarnya adalah bahwa anak-anak laki-laki mereka tersebut tak dapat mengendalikan dirinya. Begitu pula dengan anak-anak gadis mereka, juga tak mampu mengendalikan diri mereka sendiri, dan akhirnya mereka saling berpacaran, yang sebenarnya tidaklah diterima dalam Islam.

Bagi mereka yang mampu, bahkan (saat) mereka tengah belajar di universitas dan mampu menikah, dan orang tua mereka termasuk (kaya?), alhamdulillaah, biarkanlah mereka menikah dalam usia muda, apa masalahnya? [Mereka berkata] “Tidak bisa, mereka harus menunggu, sampai sang gadis berusia 21, atau 22, atau 23, menyelesaikan studinya, sang pemuda harus menunggu dan menyelesaikan pula”; akibatnya apa yang akan mereka lakukan? Tentu saja, mereka akan menerjang dan menerkam satu sama lain (berbuat zina).

Dan zina kini makin banyak terjadi, kejahilan makin meningkat, dan azab serta hukuman makin berdatangan pada muslim, karena mereka tidak lagi mendengar (dan taat) pada Allah dan pada Nabi-Nya.

Allah SWT qoola fi Kitabihil Kariim, “Wa ankihuul ayyaama minkum wa s-saalihiina min ‘ibaadikum” [QS 24:32] “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu”. Kawinkanlah mereka yang baik di antara kalian, kedua belah pihak, suami-suami dan istri-istri. Ini adalah perintah Allah. Allah SWT juga berfirman [Wa min aayaatihi an kholaqo lakum min anfusikum azwaajan litaskunuu ilayhaa, QS 30:21] “Telah Ku-ciptakan dari dirimu, seorang istri bagimu yang kau dapat memperoleh ketenangan darinya”, artinya, ia dapat membuatmu tenang dan relaks dan mencegah dirimu dari bepergian dan melakukan ma’siyyat atasnya maupun atas dirimu; tapi, bersama-sama -sebagaimana yang diterangkan ayat Quran yang baru kita baca- untuk bersama-sama menciptakan situasi yang menyenangkan yang disukai pula oleh Allah dan oleh Nabi-Nya.

Allah berfirman, “Wa min aayaatihi an kholaqo lakum”, dan di antara ayat-ayat Kebesaran-Nya adalah Ia ciptakan bagi kalian, “min anfusikum azwaajan litaskunuu ilayhaa”, Ia ciptakan bagi kalian dari diri kalian sendiri, dari ruh kalian, dari tubuh kalian Ia ciptakan bagi kalian dari itu semua, “azwaajan” “istri-istri” (dalam bentuk plural) bermakna Ia berikan bagi kalian, Ia ciptakan bagi kalian, istri-istri dari diri kalian sendiri. Tak seorang pun dapat mengambil istri seseorang lainnya, jika itu tak tertulis baginya. Allah SWT menciptakan Sayyidah Hawwa’, istri Sayyidina Adam dari Sayyidina Adam untuk “litaskunuu ilayhaa”, untuk pergi dan bersantai di situ dan untuk melihat bahwa “inilah rumahmu”. Ia (istrimu) adalah rumahmu, artinya saat kalian pulang ke rumah, kalian dapat bersantai, kalian boleh duduk di mana pun kalian suka, tidak ada haraam (terlarang) atas apa pun yang kalian lakukan dalam rumah kalian. Rumah kalian adalah suatu tempat pribadi milik kalian. Istri-istri kalian pun adalah rumah bagi kalian, melindungi kalian dari haraam, melindungi kalian dari tertipu dan terperdaya di luar. Allah melukiskanya sebagai suatu tempat, suatu rumah, yang ke sana kalian dapat pergi dan memperoleh kesenangan kalian.

Jika seseorang tak memiliki rumah, kita mengatakan bahwa ia seorang yang faqir atau miskin. Jika seseorang memiliki rumah, kita katakan bahwa orang itu kaya. Allah berfirman dalam Quran Suci, “Ku-berikan bagimu seorang istri dari dirimu sendiri untuk menjadi sebuah rumah bagimu”, bermakna Peliharalah dan Lakukanlah pernikahan segera, secepatnya, saat dirimu telah dewasa, orang tuamu mesti segera mencarikan bagimu, karena tentu saja mereka tak ingin dirimu menjadi miskin atau faqir. Mereka ingin diri kalian kaya. Dengan pernikahan, Allah membuat kalian kaya dalam Hadirat-Nya. Saat diri kalian datang dan berucap “Allahu Akbar”, melakukan salat, dan kalian dalam keadaan telah menikah, ‘amal kalian pun akan dilipatgandakan, karena Nabi ‘alaihi afdalus salaatu wassalam bersabda bahwa menikah adalah setengah dari agama, “Az ziwaaju nishfu d-din”. Siapa yang menikah, ia melengkapkan setengah agamanya, yang bermakna agamanya akan dilipatduakan.

Saat diri kalian berucap “Allahu Akbar”, kalian datang untuk salat tanpa ada keinginan dan syahwat buruk, dalam keadaan telah, Alhamdulillaah, kalian dan istri kalian merasa tenang. Kalian berdua, kalian telah mengatakan sesuatu satu sama lain yang membuat diri kalian berdua merasa tenang, bahagia, lalu datang untuk salat. Jika kalian belum beristri, kalian datang untuk salat sambil membawa berbagai pikiran buruk yang kemudian muncul kembali, “Betapa cantik gadis yang bekerja denganku di bank tadi”, “Betapa cantik wanita di kantorku”, “Betapa manis tetanggaku, aku ingin menikahinya di belakang istriku”, “Betapa ini” “Betapa itu”, dll.

Karena inilah, Sayyidina Muhammad ‘alaihi afdalus salaatu wassalam qoola, bersabda, “An Nikaahu Sunnatii, fa man raghiba ‘an sunnatii falaysa minnii”. “Nikah adalah sunnahku (tradisiku), jalan dari Nabi ‘alaihi afdalus salaatu wassalam. Siapa saja yang tak suka menikah, ia tidak mengikuti Sunnahku”, dan siapa yang menunda-nunda pernikahannya dengan hanya beralasan, “Aku masih muda, aku harus mencari kehidupan, aku harus pergi dan menghabiskan waktuku di klub malam dan disko. Aku harus menghibur diriku sendiri, aku begitu muda, aku masih 25, aku masih 26, aku masih 27, aku masih 30”. Ia tidak mengikuti jalan Sayyidina Muhammad ‘alaihi afdalus salaatu wassalam. Sebagai seorang muslim, kalian harus mengikuti (beliau)!

Saat kalian menikah, jangan khawatir bahwa rizq (rezeki) tidak datang. Allah mengirimkannya. Allah SWT-lah yang akan mengirimkan rizq bagi kalian. “Kullamaa dakhola ‘alayha Zakariyya l-mihraaba wajada ‘indaha rizqan” [QS. 3:37]. Allah SWT berfirman pada kalian, bahwa kapan saja Sayyidina Zakariyya ‘alaihissalam memasuki mihraab Sayyidah Maryam, beliau mendapati di sana rizq. Jika kalian berbuat menurut jalan Ahlus Sunnah, jalan Nabi ‘alaihi afdalus salaatu wassalam, Allah SWT akan mengirimkan rizqi-Nya pada kalian.

“Wa maa kholaqtu l-jinna wa l-insa illa liya’buduuni. Maa uriidu minhum min rizqin wa maa uriidu an yuth’imuuni. Innallah huwa r-razzaaqu dhul quwwati l-matiin.” “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” [QS 51: 56-58]. Allah SWT bersumpah pada Diri-Nya Sendiri bahwa “Telah Ku-ciptakan kalian untuk menyembah dan beribadah pada-Ku, Aku tidak menginginkan darimu rizq apa pun. Aku-lah Yang Memberimu rizq jika kalian beribadah pada-Ku.” Dan pernikahan adalah suatu ibadah. Jika kalian menikah, maka itu menjadi ibadah bagimu karena ketika kalian menyentuh istri kalian dan istri kalian menyentuh kalian, dan kalian berdua dalam keadaan nikah, maka Allah akan menghapuskan dosa-dosa dari diri kalian berdua. Seperti mandi siram, yang menyiram tubuh kalian dan mengambil seluruh kotoran dan debu dari diri kalian, dan bau kalian pun lenyap dengan siraman air mandi itu. Demikian pula dengan membangun sebuah keluarga, membangun rumah, menikah suami dan istri, di mana pun kalian bersama, Allah SWT mengambil dan menghapuskan dosa-dosa kalian dan memberikan pada kalian hasanaat (kebaikan-kebaikan).

Dan Allah akan menyediakan (rezeki) bagi kalian, (karena) kalian menyembah-Nya melalui pernikahan tersebut, karena nikah adalah nishfu d-din, ia adalah setengah agama. Kalian tengah menyempurnakan agama kalian. Allah SWT menyediakan bagi kalian rizq kalian. Jangan khawatir bahwa seorang anak akan datang, bahwa sepuluh anak akan datang, Allah mengirimkan setiap anak itu dengan rizq-nya masing-masing.

Jika kalian baik dan mengikuti sunnah Nabi ‘alaihi afdalus salaatu wassalam, Allah akan mengirimkan pada kalian dari tempat-tempat yang tak terlihat, orang-orang yang akan membantu kalian untuk mendapatkan rizq kalian.

Dan saat ini, para orang tua menjadi keras kepala. Mereka tidak ingin putri-putri dan putra-putra mereka untuk menikah segera, karena kedua belah pihak, mereka membuat persyaratan-persyaratan yang terlalu berat. Mereka malah membiarkan anak-anak mereka pergi dan berbuat zina di luar, dan di belakang mereka, karena terlalu banyak syarat yang dibebankan baik pada sang putri maupun pada sang putra.

Jika kalian pergi ke sebagian besar negara Muslim, yang merupakan tempat-tempat termegah di dunya (bumi) ini, tempat-tempat itu telah menjadi tempat-tempat yang paling sulit, kalian tak dapat menikah lagi. Mereka (orang tua) akan meminta apartemen, meminta rumah, meminta emas, mereka meminta uang untuk saku mereka. Mereka minta mobil, mereka minta… apa lagi? Dari mana kalian dapat memperoleh semua ini? Mereka tak mempunyainya….(?).., kemudian mereka (orang tua) akan berkata, “Ok, kami tak dapat mengizinkan kau menikahi putri kami. Kami yang punya, beri kami uang, kau beli.” [Suara Mawlana Syaikh Hisham menirukan suara seorang tua]. Hal ini bukanlah sesuatu yang seperti jual beli.

“Berapa banyak mas kawin hendak kau berikan?” “Saya tidak tahu, saya punya 100 dollar untuk diberikan, 1 juta rupiah.” “Tidak bisa, apa itu 100 dollar, (kami ingin) 1 milliar rupiah.” “Saya tidak punya.” “Tidak bisa, kau tetap harus memberikan sebegitu banyak, atau kalau tidak kau tak boleh mengawini putri kami.”

Dari manakah ia dapat membawa, atau memberikan…. bahkan seratus ribu rupiah pun belum tentu ada di sakunya.

Mereka memberikan persyaratan yang terlalu banyak dan berat, hingga pemuda-pemuda saat ini, mereka berkata, “Ooh, kami tak dapat (menikah)”. Dan hal ini telah menjadi demikian sulit bagi setiap orang, bagaimana mungkin ia akan menyediakan seluruh syarat-syarat itu agar pemuda atau pemudi itu dapat menikah? Kedua belah pihak, masalah ini tidak hanya di satu pihak.

Mereka berkata, “(Lihatlah) Tetangga kami. Kau cuma membayar 1 juta rupiah. Tetanggaku menyaratkan untuk putrinya 10 juta rupiah. Jadi, setidaknya aku harus seperti tetanggaku. Atau, aku mesti lebih dari tetanggaku.”

“Tetanggaku mendapat sebuah mobil. Kau pun mesti memberi kami sebuah mobil.” “Saya tidak punya mobil, saya punya keledai.” “Bukan keledai! Mobil!”

[Hadirin tertawa]

Bukan begitu?

Jadi, menikah kini telah menjadi demikian sulitnya.

Nabi ‘alaihi afdalus salaatu wassalam melarang hal seperti ini. Jika dua orang telah setuju untuk saling menikah, biarkanlah mereka menikah. Mahar apa pun yang dapat sang pemuda berikan, ia pun berikan. Jika ia tak mampu lebih dari itu, ia pun tak akan dapat memberi lebih banyak. Jika sang putri menerima pemuda itu sebagai calon suaminya, dan sang pemuda menerima putri itu sebagai calon istrinya, ini cukup. Selesai! Jangan membuat sulit, para orang tua janganlah menambahkan masalah dan halangan bagi anak-anak mereka untuk menikah.

Ada orang-orang yang memberikan mahar/mas kawinnya berupa satu koin emas untuk mahr mu’ajjal. Wa mu’ajjal adalah satu koin emas. Beberapa orang lainnya mereka mengatakan satu butir kurma dan atau sepuluh butir kurma, beberapa orang lain mereka mengatakan, satu koin perak untuk mu’ajjal, satu koin perak untuk mu’ajjal. Jangan membuatnya sulit!

Karena sudah menjadi suatu persyaratan pula, salah satu syarat dari kontrak pernikahan, hamdu (?) nikah, adalah kalian harus menyatakan berapa banyak yang kalian berikan sebagai mas kawin atau mahr mu’ajjal wa mu’ajjal. Kalian harus menyatakannya. Jadi, orang-orang yang tidak begitu punya, mereka memberikan satu koin perak, satu koin perak. Itu OK, tidak begitu sulit.

Dan Alhamdulillaah, hari ini, kita tengah menyaksikan pernikahan dua pasangan, di sini. Satu di sebelah kanan saya, satu di sebelah kiri saya. Dan saya berharap, alhamdulillaah, mereka demikian bahagia, dan mereka tengah melengkapkan agama mereka. Dan dapat melakukan yang terbaik bagi istri-istri mereka, menafkahi mereka dan memelihara kesantunan mereka dan kehormatan mereka, dan menghasilkan, insha Allah, keturunan dan anak-anak yang dengannya mereka dapat hidup bahagia dan menjadi muslim yang baik.

[Aamiin]

Ini adalah acara yang pribadi, di rumah ini, penyelenggaraannya pribadi dan tidak resmi. Ini merupakan pernikahan secara Islam. Secara resmi nanti akan dilakukan kemudian, oleh orang yang memiliki otoritas dan izin dari kementrian agama (KUA). Namun, saya di sini hanya melakukan upacara tak resmi (unofficial) dengan cara yang Islami untuk menjadikan kedua pasangan ini bersama sebagai suami istri, insya Allah.

Insya Allah

[Upacara Ijab Qabul berlangsung]

[jam berdentang menunjukkan pukul 12.00, dan Syaikh Hisyam berkomentar]

Pernikahan dianjurkan dilakukan sebelum Zuhur, dan kini tepat berakhir saat Zuhur.

Berita Gembira tentang Sayyidina Mahdi 'alayhissalam pada 10 Hari Terakhir Ramadhan 1428H

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
Rabu, 3 Oktober 2007, setelah Sholat Subuh
Fenton, Michigan



A'uudzu billahi minasy syaithanirrajiim

Bismillahirrahmanirrahiim

Nawaytul Arba'in, nawaytul i'tikaf, nawaytul khalwah, nawaytul 'uzlah, nawaytur riyadah, nawaytus suluuk lillaahi ta'aala l-'aazhim fii hadzal masjid

[Catatan pribadi, bukan transkripsi resmi; bila ada kesalahan adalah kesalahan penulis]

Kita kini berada di 10 hari terjahir di bulan Ramadhan. We spoke in the 1st 10 days of this Ramadan, about Sayyidina Mahdi 'alayhissalam, and also in the 2nd 10 days.

Pada 10 hari terakhir ini, ada persiapan-persiapan bagi Sayyidina Mahdi 'alayhissalam untuk menerima rahasia-rahasia Qur'an Suci. Beliaulah kunci bagi setiap rahasia, setiap samudera, setiap Kitab Suci. Beliau mewarisinya dari sang Nabi, Sayyidina Muhammad sallallahu 'alayhi wa aalihi wasahbihi wasallam.

Segera ibadah beliau diterima, setiap orang yang ada dalam hadirat beliau, terutama mereka yang menunggu kehidupan damai dimasa Mahdi, dan pada masa Sayyidina 'Isa 'alayhissalam; mereka akan menerima satu cahaya [dari rahasia-rahasia itu] yang akan berfungsi sebagai kendaraan bagi kenaikan mereka masing-masing ke Hadirat sang Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam.

Amrul Islam (The Matter of Islam religion) sedang berdatangan ke orang-orang dengan tingkat pemahaman terendah. Setiap Muslim kini sibuk dengan kehidupan mereka sehari-hari, lupa dan tidak mencari kehidupan relijius. Sehingga menuju ke titik terendah, kini itu akan naik dengan sangat cepat, tidak lagi menunggu dalam jangka hari, minggu, bulan atau pun tahun. Ini merupakan sebuah bagian dari persiapan dalam hati/qalbu mereka untuk menerima pengetahuan, bagi mereka yang akan hidup pada masa Sayyidina Mahdi dan Sayyidina 'Isa 'alayhimassalaam.

Sayyidina Mahdi alayhissalam mempunyai 7 orang Menteri, yaitu:

1. Syahaamatul Fardaani

2. Yuusuf as-Shiddiiq

3. 'Abdur-Rauf al-Yamaaniy

4. Imaamu 'l-'Aarifiin Amaanu 'l-Haqq

5. Lisaanu l'-Mutakallimiin 'Awnullaah as-Sakhaawii

6. 'Aarifu 't-Thayyaar al-Ma'ruf bi Mulhaan

7. Burhaanu l-Kuramaa' Sulthanul Awliya' Ghawth il-Anaam

Ketujuh Menteri ini sekarang sedang diberikan otoritas untuk melihat ke hati semua orang siapa yang akan berada pada masa Mahdi 'alayhissalam. Bukan tugas mereka untuk melihat ke mereka yang akan meninggal dunia, hal itu merupakan tanggung jawab yang lainnya untuk melaksanakan tugas itu. Ketujuh Menteri ini melihat ke hati mereka yang akan ada [hidup pada masa Mahdi dan/atau 'Isa], untuk download (ke hati/qalbu mereka) semua informasi dan pengetahuan ma'rifatullah ini ke hati/qalbu mereka. Ketujuh Menteri ini akan menyiapkan sebisa mungkin sehingga mereka yang akan hidup itu dapat menerima Rahasia-rahasia Qur'an Suci [1], yang akan diwahyukan kepada Nabi Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam, kemudian dari beliau ke Sayyidina Mahdi 'alayhissalam, kemudian darinya ke 7 Menteri, kemudian dari 7 Menteri ini ke Awliya'ullah, kemudian dari Awliya'ullah ke para murid mereka.

Informasi ini akan diberikan berdasarkan ukuran dari kapasitas hati/qalbu. Ini seperti landasan terbang di bandara, setiap jurusan ada landasan terbangnya. Ketujuh Menteri ini akan menyiapkan landasan terbang bagi para murid, ke setiap jurusan, ada kendaraan yang mendarat dan membawa pengetahuan bagi setiap orang. Tiap orang akan mempunyai pengetahuan berbeda, pengetahuan pada tiap orang ini akan terefleksi ke orang-orang sekitar mereka, orang-orang yang mereka temui, atau bicara. Dan pengetahuan ini akan terefleksi bahkan tanpa perlu mereka bicara.

Persiapan-persiapan ini untuk menerima Rahasia-rahasia Qur'an Suci yang akan menyiapkan mereka untuk Ma'arij, kenaikan mereka ke maqam masing-masing. Di bulan ini, pada Perkumpulan Awliya'ullah ( Diwanu l'Awliya'), di Hadirat sang Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam, Sayyidina Mahdi sudah diberikan otorisasi untuk memulai prosedur tersebut.

Sayyidina Mahdi mempunyai 40 khalifah, dan 59 deputi, sehingga total ada 99 Nama, sebagai manifestasi/perwujudan/tajalli dari 99 Nama Allah (Asmaul Husna)

Ke-99 Nama ini (deputi dan khalifah) disarikan oleh Grand-GrandShaykh Sharafuddin Daghestani [2], dari Qura'n Surah Al-An'aam. Beliau mendorong keluar nama mereka dari Surat tersebut selama 3 bulan. Hal itu sangatlah berat karena beliau mempunyai masalah hati (penyakit secara fisik .penj). Setelah itu, beliau memberikan daftar nama ini kepada pewarisnya, Grandshaykh 'Abdullah Faiz ad-Daghestani, dan kemudian diberikan kepada Mawlana Shaykh Nazim 'Adil Al-Haqqani.

[Penulisan terganggu]

Mawlana Shaykh Nazim berpidato didepan para Khalifah dan Deputi ini tentang rahasia Qur'an Suci. Mawlana Shaykh Nazim berbicara mengenai pentingnya membersihkan ego dan pentingnya ittiba' (mengikuti).

Dalam pertemuan ini, semua orang-orang spiritual, mereka hadir dan duduk dalam pertemuan ini supaya dilengkapi dan siap untuk bergaul dengan orang-orang untuk bersiap pada masa Mahdi alayhissalam.

Ramadhan ini, Mahdi 'alayhissalam, sudah diberitahukan perihal kemunculannya di dunia ini, dan tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang, untuk membawa keadilan dan kedamaian ke seluruh dunia tanpa peperangan. Allah SWT telah menyiapkan beliau dengan kekuatan rahasia tersembunyi yang begitu besarnya, sebuah energi yang melampaui semua bentuk energi yang kita pahami. Energi ini bukanlah berasala dari energi duniawi namun energi Surgawi dari Jibril 'alayhissalam. Dan kami sudah pernah menjelaskannya dengan detil.

Energi itu diletekkan tasarruf beliau (kendali/kontrol), jadi setiap jengkal tangan dimuka bumi akan berada dibawah kendali dan perintah beliau, secara fisik. Mahdi memberikan otorisasi kepada Mawlana Shaykh Nazim untuk bekerja pada hati/qalbu manusia.

Hasilnya, ada sebuah perayaan sangat besar dan kebahagiaan dalam Surga, bahwa semua penderitaan dan pertumpahan darah akan hilang, sementara keadilan dan kedamaian akan muncul. Ada sebuah parade Kebahagiaan, ini dibukakan kepada Sayyidina Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam, dan kemudian dari beliau dibukakan kepada Sayyidina Mahdi 'alayhissalam, dan lalu ke Awliya'ullah. Mereka pergi ke parade ini yang membuat orang-orang merasa lebih baik. Because its happiness is reflected on earth.

Banyak perubahan akan terjadi. Negara-negara lama akan hilang dan negara-negara baru akan bermunculan dengan rakyatnya yang damai.

Allah mewahyukan kepada Sayyidina Mahdi alayhissalam bahwa beliau akan menghabiskan waktu selama 7 tahun berada di Bumi bersama 7 orang Menteri. Setiap tahun selama masa pemerintahan beliau, satu dari para Menteri akan meninggal dunia. Sayyidina Mahdi sudah mengetahui apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi.

Inilah secara singkat apa yang terjadi. Ada perayaan sangat besar di Surga, para malaikat melafalkan tasbih:

* Subhana Dzil 'Izzati wal Jabaruut

* Subhana Dzil Qudrati wal Malakuut

* Subbuuhun Quddusun Rabbuna wa Rabbul Malaaikati war Ruuh

Tasbih ini dilafalkan dalam musik bermelodi Surgawi. Ketujuh buah Surga turut merayakan. Kursi Surgawi dihiasi, dan Singgasana sudah dibuka bagi Sayyidina Mahdi alayhissalam. Jika Musik Surgawi itu didengar oleh orang-orang, mereka akan terbang tanpa sayap dari Bumi ke Surga; dan semua gelombang elektromagnetik ini berasal dari refleksi tasbih para malaikat. Yang para ilmuwan temukan mengenai getaran dan gelombang adalah berasal dari tasbih para malaikat. Ketika Mahdi 'alayhissalam muncul, semuai musik Surgawi akan didengar oleh semua orang ini, orang-orang yang akan berada dimasa tersebut; dan mereka akan melihat diri mereka duduk diatas kuda yang dapat terbang dan membawa mereka kemana pun; untuk membawa kebahagiaan dimuka bumi.

Inilah pembukaan bagi 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Bihurmatil Habib Bihurmatil Faatihah!



Footnotes:

[1] Rahasia-rahasia Qur'an Suci disebutkan oleh Mawlana Shaykh Hisham pada sohbet-sohbet lain sebagai Khaamisul Quran, Qur'an Suci kelima, didalamnya terdapat rahasia-rahasia Qur'an

[2] Grand-GrandShaykh Sharafuddin Dagestani adalah seorang 'Aalim yang besar dan Sufi pada masa kekuasaan Utsmani. Grandshaykh 'Abdullah Faiz Daghestani adalah murid utama beliau. Lalu Grandshaykh 'Abdullah Faiz Daghestani memberikan kepada penerusnya Mawlana Shaykh Nazim 'Adil Al-Haqqani, Mursyid Tariqah Naqsybandi 'Aliyyah yang masih hidup.

Jumat, 21 November 2008


Bahaya Ghibah

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS
Jakarta, 2003



A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Kalian semua harus memakai turban. Lihat! Ia memakai turban, di mana turbanmu? Ambil!

Kalian mendengar suara kucing itu? (kucing yang sedang berkelahi). Inilah yang terjadi bila kita bertengkar satu sama lain, bahkan lebih buruk daripada itu. Malaikat mendengar suara itu, demikian pula dengan awliya. Kalian lihat bagaimana mereka saling berteriak satu sama lain.

Hadis dari Rasulullah SAW berbunyi, “Barangsiapa yang mengunjing saudara atau saudarinya, siapapun yang saling menggunjing… bau dari gunjingan itu sangat berbahaya.” Oleh sebab itu Rasulullah SAW melarang keras bergunjing.

Suatu waktu, Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS memberi gambaran tentang gunjingan. Beliau berkata bahwa ketika seseorang meninggal dan ia dimasukkan ke liang kuburnya, apapun gunjingan yang telah diperbuat selama hidupnya, berapa banyak ia menggunjing, Allah SWT membawa gunjingan itu kembali padanya dalam wujud bau busuk. Bila selama hidupnya ia telah menggunjing sebanyak 100 kali, ia akan membawa 100 bau; bila 200—200 bau dan bila sejuta gunjingan—ia akan membawa sejuta bau ke dalam kuburnya.

Allah SWT membawa bau itu kembali ke kuburnya dan Grandsyekh berkata bahwa jika Allah SWT melepaskan satu bau dari bau-bau ini keluar dari kuburan itu, tak satu pun makhluk yang dapat bertahan di bumi ini, manusia dan semua makhluk akan mati bagai terkena reaksi bom atom.

Dan Allah SWT menciptakan binatang buas dari bau itu yang akan menyerang mayat yang terbaring di sana. Bagaimana kalian membayangkan keadaan orang itu jika satu bau saja yang bila dilepaskan ke dunia, semua makhluk akan tewas. Bagaimana dengan jutaan bau yang dikirimkan Allah SWT kepada mayat di kuburnya. Bagaimana efek yang terjadi kepada orang yang jiwanya dikembalikan ke tubuhnya selama ia berada dikuburnya. Ia akan berada dalam hukuman dan siksaan dalam kubur dari bau itu dan dari binatang yang diciptakan Allah SWT dari bau itu.

Dan Grandsyekh bercerita bahwa suatu ketika beliau pergi menuju makam Sayyidina Muhyiddin Ibnu Arabi QS di Jabal Qasyun mengendarai kereta kuda (pada waktu itu, jauh di masa lampau). Beliau dan seorang Syekh lainnya yang biasa dipanggil ‘Abdul Wahab Salahi duduk di kereta kuda pergi ke makam Sayyidina Muhyiddin Ibnu Arabi QS. Tiba-tiba muncul seseorang yang menghentikan kuda yang menarik kereta mereka dan orang itu berkata, “Assalamu’alaykum!” Mereka membalas, “Wa alaykum salam!” lalu ia berkata lagi kepada keduanya, ia mengarahkan pembicaraannya atau ucapannya kepada ‘Abdul Wahhab Salahi dan melihat kepada Grandsyekh, Syekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS, “Apakah ia Syekhmu? Atau engkau Syekhnya?” ‘Abdul Wahhab Salahi menjawab, “Ia bukan Syekhku dan Aku bukan Syekhnya.” Tiba-tiba orang itu menghilang. ‘Abdul Wahhab Salahi menoleh ke sana ke mari, “Ke mana ia pergi?” “Ia muncul dengan tiba-tiba dan tiba-tiba menghilang. Ia tidak berada di sini lagi.” Awliya menampakkan dirinya kepada orang-orang yang tulus. Grandsyekh dan ‘Abdul Wahhab Salahi, keduanya adalah orang-orang yang tulus sehingga awliya menampakkan dirinya kepada mereka. Tetapi sekarang orang-orang berkata, “Mana awliya… mana?” Khususnya mentalitas baru ini di mana mereka tidak percaya kepada karomah. “Di mana awliya…?” Kalian jatuh ke dalam lubang yang penuh dengan kotoran dan kalian berkata, “Mana awliya?” Bagaimana mungkin kalian akan melihatnya? Kalian harus menjadi orang yang tulus untuk bisa bertemu dengannya.

Mereka bertanya kepada Ibu Firdaus, “Di mana awliya? Apa itu awliya? Kami tidak melihat apa pun.” Mereka bertanya kepada kalian, “Mana…mana awliya, kami tidak melihat apa-apa.” Karena mereka tidak percaya, awliya tidak akan menampakkan dirinya kepada mereka. Awliya tidak akan menunjukkan keajaibannya kepada mereka, tetapi kepada orang-orang yang percaya, seperti Ibu Firdaus, seperti Anda dan seperti orang-orang yang hadir di sini, mereka akan menjumpai keajaiban dalam setiap gerakan yang dilakukan oleh Syekh.

Ketika Saya masih muda, setiap gerakan dari Grandsyekh Syeikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS dan Mawlana Syekh Muhammad Nazim al-Haqqani QS ketika itu, ketika Saya masih sangat muda… dalam setiap gerakan mereka, Saya melihat karomah.

Karena ketika kalian mempunyai keyakinan, mereka akan memperlihatkannya kepada kalian. Ketika kalian yakin dengan apa yang kalian kerjakan, mereka akan memperlihatkannya (karomah-red) kepada kalian. Bila kalian tidak mempunyai keyakinan seperti ini, untuk apa mereka menunjukkannya kepada kalian. Sebab kalian tidak menghargai berlian, awliya hanya akan memberi kalian permen dan kalian sudah puas dengan itu. Mereka tidak memberi kalian gula, melainkan pemanis buatan yang berkalori rendah, tidak berenergi, tidak berarti apa-apa. Barang siapa yang sakit, ambilah pemanis buatan itu, kalian tahu, ini tidak akan membuat gemuk. Tetapi bagi mereka yang kuat, awliya akan memberikan gula yang berenergi, artinya mereka memberi dukungan penuh kepadanya.

‘Abdul Wahhab Salahi adalah seorang yang tulus, mukhlis sehingga wali muncul ke hadapannya; tetapi ia belum mencapai tingkat yang sempurna, sehingga ketika ia mengatakan, “Ia bukan Syekhku dan dirinya pun bukan Syekhnya,”--wali itu langsung menghilang, tidak menyukainya. Ia berkata, “Wahai Syekh ‘Abdullah QS! Orang itu menghilang… siapa dia?” Syekh ‘Abdullah QS menjawab, “Tidak! Orang itu tidak menghilang, ia masih berdiri di sana… buktinya lihat! Ia menarik kuda itu dan sekarang menggerakkan kereta. ‘Abdul Wahhab Salahi melihat kuda itu bergerak, tali kekangnya tertarik tetapi ia tidak melihat orang yang menariknya…dan kereta pun berjalan.

‘Abdul Wahhab Salahi berkata, “Mengapa ia lenyap?” Syekh ‘Abdullah QS menjawab, “Ia tidak menyukai ucapanmu.” Syekh ‘Abdullah QS juga berkata bahwa para wali sangat suci, bila mereka mencium bau sedikit saja, mereka akan menghindar. “Ketika kau mengatakan bahwa engkau bukan Syekhku dan Aku bukan Syekhmu—ia mencium adanya aroma kesombongan dari ucapanmu, dari situlah ia menghilang. Dan ini bukan gunjingan. Ini hanyalah ucapan biasa yang dapat diucapkan oleh siapa saja, namun tetap saja ucapan itu mengundang bau busuk di hadapan awliya. Apa salahnya jika engkau berkata, ‘Ya ia adalah Syekhku,’ apa ruginya? Engkau tidak kehilangan apa-apa, kau melangkahi egomu… tetapi karena kesombongan diri, kau berkata, “Tidak, ia bukan Syekhku.” (Sebab ‘Abdul Wahhab Salahi berkata, “Syekhku dan Syekhnya adalah satu, yaitu Syekh Syarafuddin QS.” Apa salahnya untuk bilang bahwa ia adalah Syekhku, apa ada masalah?

Jika mereka bertanya kepadamu, “Apakah Berny Syekhmu?” “Ya, ia adalah Syekhku,” apa ada masalah? Jika mereka bertanya kepadamu, “Apakah Bubby Syekhmu?” “Ya, ia adalah Syekhku.” Jika mereka bertanya kepada Saya, “Apakah Haji Mustafa, Pak Mus adalah Syekhmu?” “Ya, tentu saja, Saya mencium tangannya dan Saya mencium kakinya.” Tidak ada masalah!

Bau dari percakapan tadi membuat wali itu pergi. Bagaimana menurut kalian, bila kita sedang salat dan mengucapkan “Allahu Akbar” lalu ratusan dan ribuan khawatir, gosip yang dibisikkan Setan ke telinga kita dan kita memikirkannya, “Oh, Mustafa adalah orang yang tidak baik, Oh Berny yang paling buruk, Oh Bubby gila, Oh Bapak dan Ibu Firdaus… Aku tidak mau makan dari makanan mereka. “ Ini dan itu… dan orang-orang mulai mempunyai gosip dalam pikirannya. Bagaimana malaikat akan membawa salatmu kepada Allah SWT, jika mereka pergi karena mencium bau (busuk) ini? Artinya salat kalian tetap berada di tempat, tidak diterima (oleh Allah SWT)… ia hanya diterima sebagai ibadah fardu, artinya kalian memang mengerjakan kewajiban kalian… tetapi itu tidak diterima sebagai ibadah yang sempurna. Ia tetap berada di tempatnya. Untuk itulah kita harus berhati-hati agar tidak membawa isu-isu yang telah terjadi sebelumnya dan menyebarkannya mulai dari satu kepada yang lain sehingga menjadi gunjingan.

Allah SWT adalah as-Sattar, Maha Menyembunyikan. Allah SWT Maha Mengetahui segala perbuatan kalian, baik maupun buruk. Dan Dia tidak melepaskan atau membukanya kepada orang lain. Dia melindungi dan tidak membiarkan kalian terekspos bagi orang lain. Tetapi manusia adalah seburuk-buruk pembuka aib orang lain. Grandsyekh melukiskan mereka bagaikan seekor lalat hitam yang selalu pergi ke tempat-tempat yang kotor. Di mana ada sampah, di mana ada kotoran, di mana ada WC, toilet, dan apa pun yang kotor kalian akan menjumpai lalat-lalat ini beterbangan. Seperti halnya surat kabar dan majalah-majalah ini. Mereka mengejar setiap orang, menggoyang hidupnya, apa yang mereka lalukan terhadap istrinya,… ia menipunya… ia tidak menipunya… ia nikah 10 kali, 100 kali, 5 kali… apa saja usaha mereka… apa yang mereka lakukan… mereka sangat senang mengambil apa saja, bahkan sampai hal-hal yang terkecil untuk menciptakan fitna dan kebingungan di negri ini.

Grandsyekh memberi contoh (semoga Allah SWT mensucikan jiwanya ketika menerangkan hal ini). Beliau berkata bagaikan kalian mempunyai hewan-hewan ternak di ladang kalian, kalian mempunyai biri-biri, lembu dan hewan lainnya di ladang kalian kemudian kalian melihat kebun tetangga kalian dan berkata kepadanya, “Lihat! Banyak nyamuk di pohon-pohon kalian,” sementara itu kalian melupakan ladang kalian sendiri di mana binatang buas menerkam dan memangsa semua biri-biri dan lembu dan kalian memperhatikan nyamuk-nyamuk yang terbang di kebun tetangga kalian.

Jadi kalian harus mengetahui bahwa gunjingan semacam ini adalah dilarang. Dan jika kita sanggup, kita akan terus menggunjing semua orang bahkan sampai Nabi Adam AS. Ini adalah tabiat alami manusia dan jalan satu-satunya untuk menyelamatkan diri kalian dari gunjingan ini adalah melalui disiplin tarekat, di mana kita diharuskan untuk membaca “Ya Shamad” 500 kali setiap hari (setelah salat syukur—red).

Mereka berkata, “Mengapa kalian membutuhkan pemandu, seorang Syekh?” Seorang Syekh adalah pembimbing kalian, ia akan mengatakan kepada kalian apa yang harus kalian lakukan dan bagaimana cara menghindari gunjingan seperti ini, kalau tidak kalian akan lihat bahwa setiap orang saling menggunjing satu sama lain. Sekarang, orang-orang dengan keyakinan tertentu bertanya, “Mengapa kalian memerlukan seorang Syekh? Mengapa kalian membutuhkan pembimbing?” Bagaimana kalian akan mempelajari hal-hal seperti ini tanpa seorang pembimbing, seorang Syekh? Kalian akan tetap menggunjing orang lain.

Semoga Allah SWT memaafkan kita, semoga Allah SWT memberi dukungan kepada kita, semoga Allah SWT membimbing kita ke jalan yang benar, jalur yang benar dari sunnah Nabi SAW.

Rabbanaa taqabbal minna bi hurmatil habib bi hurmatil faatiha. Taqabballaah.